35 Cerita Rakyat yang paling populer di Indonesia:
CERITA RAKYAT PUTRI NIWERIGADING
Namun sayang sang raja tidak mempunyai putera. Mereka sedih, atas nasihat orang pintar raja dan permaisuri kemudian tekun berdo’a sambil berpuasa. Beberapa bukan kemudian permaisuri mengandung. Setelah sampai waktunya permaisuri melahirkan anak laki-Iaki yang diberi nama Amat Mude.
Belum genap setahun umurAmat Mude. ayahnya meninggal dunia.
Karena Amat Mude. masih bayi maka adik sang raja atau paman (Pakcik) Amat Mude. diangkat menjadi raja sementara.
Pakcik itu bernama Raja Muda. Setelah diangkat menjadi raja ia malah bertindak kejam kepadaAmat Mude. dan ibunya.
Mereka diasingkan ke sebuah hutan terpencil. Raja Muda ingin menguasai sepenuhnya kerajaan yang sesungguhnya menjadi hak Amat Mude.
Walau dibuang jauh dari istana permaisuri tidak mengeluh, ia terima cobaan berat itu dengan sabar dan tabah. la besarkan Amat Mude. dengan penuh kasing sayang. Tahun demi tahun berlalu. tak terasa Amat Mude. tumbuh menjadi anak yang cerdas dan tampan.
Amat Mude suka memancing ikan di sungai. Pada suatu hari, permaisuri dan Amat Mude pergi ke sebuah desa di pinggir hutan untuk menjual ikan. Tanpa disangka, ia bertemu dengan saudagar kaya. Ternyata ia bekas sahabatsuaminyadulu.
“Mengapa Tuan Putri dan Putra Mahkota berada di tempat ini?” tanya saudagar itu keheranan.
Permaisuri menceritakan semua kejadian yang telah menimpanya. Mendengar hal itu, sang saudagar segera mengajak mereka ke rumahnya dan membeli semua ikannya. Setibanya di rumah, saudagar ltu menyuruh istrinya segera memasak ikan tersebut. Ketika sedang memotong perut ikan, sang istri merasa heran karena dari perut ikan itu keluar telur ikan yang berupa emas murni. Kemudian, butiran emas tersebut dijual ke pasar oleh istri saudagar. Uangnya ia gunakan untuk membangun rumah permaisuri dan putranya. Sejak saat itu, permaisuri dan Amat Mude telah berubah menjadi orang kaya berkat telur-telur emas dari ikan
Cerita tentang kekayaan permaisuri dan putranya sampai ke telinga Raja Muda.
Pada suatu hari, Raja Muda memanggil Amat Mude ke istana. la memerintahkan Amat Mude memetik kelapa gading untuk mengobati penyakit istri Raja Muda, di sebuah pulau yang terletak di tengah laut. Konon, lautan di sekitar pulau ltu dihuni oleh binatang-binatang buas. Siapa pun yang melewati lautan itu pasti celaka.
Raja Muda mengancam Amat Mude jika tidak berhasil, ia akan dihukum mati. TapiAmat Mude tak peduli dengan ancaman itu. Niatnya tulus hendak menolong istri Raja Muda. Ia pun segera berangkat meninggalkan istana.
Setibanya di pantai, ia duduk termenung. Tiba-tiba, muncul di hadapannya seekor ikan besar bernama Si lenggang Raye, didampingl oleh Raja Buaya, dan seekor Naga besar.
Singkat cerita, Amat Mude telah menemukan pohon kelapa gading dengan bantuan Silenggang Raye, Raja Buaya, dan seekor nagaSelanjutnya, Amat Mude memanjat pohon. Ketika sedang memetik buah kelapa gading, tiba-tiba terdengar suara seorang perempuan.
“Siapa pun yang berhasil memetik buah kelapa gading, dia akan menjadi suamiku.” “Siapakah Engkau?” tanya Arnat Mude. “Aku Putri Niwer Gading,” jawabnya suara dari bawah pohon kelapa. Amat Mude cepat-cepat memetik kelapa gading. Setelah turun dari atas pohon kelapa. Alangkah takjubnya Amat Mude melihat kecantikan Putri Niwer Gading. Akhirnya, Amat Mude pun mengajak sang putri pulang ke rumahnya untuk dipersunting. Setelah menikah, Amat Mude beserta istri dan ibunya berangkat ke istana untuk menyerahkan buah kelapa gading.
Kedatangan Amat Mude membuat Raja Muda terheran-heran. Orang yang berhasil melewati rintangan di pulau angker pastilah orang sakti. la tidak mau main-main Iagi. Kini tidak alasan untuk menghukum mati keponakannya itu. Akhirnya Raja Muda sadar akan kesalahanya. la memohon maaf kepada
permaisuri dan Amat Mude. Beberapa hari kemudian Amat Mude dinobatkan menjadi Raja Negeri Alas.
Hikmah : Ketika musibah terjadi yang di perlukan kesabaran dan dengan bekerja keras kita akan sampai pada perbaikan nasib
CERITA RAKYAT DANAU TOBA
Pada zaman dahulu adalah seorang petani bernama Toba yang menyendiri di sebuah lembah yang landai dan subur. Petani itu mengerjakan sawah dan ladang untuk keperluan hldupnya. Selain mengerjakan ladangnya, kadang-kadang lelaki Itu pergi .memancing ikan ke sungai yang berada takjauh dari rumahnya. Setiap kah dua memancing, mudah saja ikan didapatnya karena di sungai yang jernih itu memang banyak sekali ikan. lkan hasil pancingannya dia masak untuk dimakan.
Pada suatu sore, setelah pulang dari ladang lelaki itu langsung pergi ke sungai untuk memancing. Tldak berapa lama tiba-tiba pancing itu disambar ikan yang langsung menarik pancing itujauh ke tengah sungai. Hati petani itu menjadi gembira, karena dia tahu bahwa ikan yang menyambar pancingnya itu adalah ikan yang besar. Setelah beberapa lama dia biarkan pancingnya ditarik ikan itu ke sana kemari, barulah pancing itu ditariknya perlahan-lahan. Ketika pancing itu disentakkannya tampaklah seekor ikan besar tergantung dan menggelepar. gelepar di ujung tali pancingnya. Dengan cepat ikan itu ditariknya ke darat supaya tidak lepas. Sambil tersenyum gembira mata pancingnya dia lepas dan mulut ikan itu. Dia tersenyum sambil membayangkan , betapa enaknya nanti daging ikan itu kalau dipanggang. Ketika meninggalkan sungai pulang ke rumahnya hari sudah mulai senja.
Setibanya di rumah, lelaki tu langsung membawa ikan besar hasil pancingannya ke dapur. Ketika dia hendak menyalakan api untuk memanggang ikan itu, ternyata kayu bakar di dapur rumahnya sudah habis. Dia segera keluar untuk mengambil kayu bakar dari bawah kolong rumahnya. Kemudian, sambil membawa beberapa potong kayu bakar dia naik kembali ke atas rumah dan langsung menuju dapur.
Pada saat lelaki itu tiba di dapur, dia terkejut sekali karena ikan besar itu sudah tidak ada lagi. Tetapi di tempat ikan itu tadi diletakkan tampak terhampar beberapa keping uang emas. Lelaki itu segera membawa keping uang emas ke dalam kamar.
Ketika lelaki itu membuka pintu kamar, tiba-tiba darahnya tersirap, di dalam kamar itu berdiri seorang perempuan cantik dengan rambut panjang terurai. Lelaki itu menjadi sangat terpesona karena wajah perempuan yang berdiri di hadapannya luar biasa cantiknya.
Kemudian dijelaskannya pula bahwa beberapa keping uang emas yang terletak di dapur itu adalah penjelmaan sislknya. Setelah beberapa minggu perempuan cantik itu tinggal serumah bersamanya, pada suatu hari lelaki itu melamar perempuan tersebut untuk jadi istrinya. Perempuan itu bersedia menerima lamarannya dengan syarat lelaki itu harus bersumpah bahwa seumur hidupnya dia tidak akan pernah mengungkit asal usul istrinya yang menjelma dari ikan. Setelah lelaki itu bersumpah demikian, kawinlah mereka.
Setahun kemudian, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang mereka beri nama Samosir. Anak itu sangat dimanjakan ibunya yang mengakibatkan anak itu bertabiat kurang baik dan pemalas.
Setelah cukup besar, anak itu disuruh ibunya mengantar nasi setiap hari untuk ayahnya yang bekerja di ladang. Namun, sering dia menolak mengerjakan tugas itu sehingga terpaksalah ibunya yang mengantarkan nasi ke ladang.
Suatu hari, anak itu disuruh ibunya lagi mengantarkan nasi ke ladang Untuk ayahnya. Mulanya dia menolak. Akan tetapi, karena terus dipaksa lbunya, dengan kesal pergilah dia mengantarkan nasi itu. Di tengah jalan, sebagian besar nasi dan lauk-pauknya dia makan. Setibanya di ladang, sisa nasi itu yang hanya tinggal sedikit dia berikan kepada ayahnya. Saat menerimanya, si ayah sudah merasa sangat lapar karena nasinya terlambat sekali diantarkan. Oleh karena itu, maka si ayah jadi sangat marah ketika melihat nasi yang diberikan kepadanya adalah sisa-sisa. Amarahnya makin bertambah ketika anaknya mengaku bahwa dia yang memakan sebagian besar dari nasi itu.
Kesabaran si ayah jadi hilang dan dia pukuli anaknya sambil mengatakan: “Anak yang tak bisa diajar. Tidak tahu diuntung. Dasar keturunan perempuan ikan!”
Sambil menangis, anak itu berlari pulang menemui ibunya di rumah. Kepada ibunya dia adukan bahwa dia dipukuli ayahnya. Semua kata-kata cercaan ayahnya kepadanya dia ceritakan pula. Mendengar cerita anaknya itu, si ibu sedih sekali, terutama karena suaminya sudah melanggar sumpahnya dengan kata-kata cercaan yang dia ucapkan kepada anaknya itu. Si ibu menyuruh anaknya agar segera pergi mendaki bukit yang terletak tidak begitu jauh dari rumah mereka dan memanjat pohon kayu tertinggi yang terdapat di puncak bukit itu. Tanpa bertanya lagi, si anak segera melakukan perintah ibunya itu. Dia berlari-Iari menuju ke bukit tersebut dan mendakinya.
Ketika tampak oleh si ibu anaknya sudah hampir sampai ke puncak pohon kayu yang dipanjatnya di atas bukit, dia pun berlari menuju sungai yang tidak begitu jauh letaknya dari rumah mereka itu. Ketika dia tiba di tepi sungai itu kilat menyambar disertai bunyi guruh yang menggelegar.
Sesaat kemudian dia melompat ke dalam sungai dan tiba-tiba berubah menjadi seekor ikan besar. Pada saat yang sama, sungai itu pun banjir besar dan turun pula hujan yang sangat lebat. Beberapa waktu kemudian, air sungai itu sudah meluap ke mana-mana dan tergenangiah lembah tempat sungai itu mengalirPak Toba tak bisa menyelamatkan dirinya, ia mati tenggelam oleh genangan air. Lama-keiamaan, genangan air itu semakin luas dan berubah menjadi danau yang sangat besar yang di kemudian hari dinamakan orang Danau Toba. Sedang Pulau kecil di tengah-tengahnya diberi nama Pulau Samosir.
CERITA RAKYAT MALIN KUNDANG
Dahulu kala di Padang Sumatra Barat tepatnya di Perkampungan Pantai Air Manis ada seorang janda bernama Mande Rubayah. Ia mempunyai seorang anak laki-laki bernama Malin Kundang. Malin sangat disayang oleh ibunya, karena sejak kecil Malin Kundang sudah ditinggal mati oleh ayahnya.
Malin dan ibunya tinggal di perkampungan nelayan. ibunya sudah tua ia hanya bekerja sebagai penjual kue. Pada suatu hari Malin jatuh sakit. Tubuhnya mendadak panas sekali. Mande Rubayah tentu saja sangat bingung. Tidak pernah Malin jatuh sakit seperti ini. Mande Rubayah berusaha sekuatnya untuk mengobati Malin dengan mendatangkan tabib.
Nyawa Malin yang hampir melayang itu akhirnya dapat diselamatkan berkat usaha keras ibunya. Setelah sembuh dari sakitnya ia makin disayang. Demikianlah Mande Rubayah sangat menyayangi anaknya. Sebaliknya Malin juga amat sayang kepada ibunya.
Ketika sudah dewasa, Malin berpamit kepada ibunya untuk pergi merantau. Pada saat itu memang ada kapal besar yang merapat di Pantai AirManis.
Meski dengan berat hati akhirnya Mande Rubayah mengijinkan anaknya pergi. Malin dibekali dengan nasi berbungkus daun pisang sebanyak tujuh bungkus.
Hari-han berlalu terasa lambat bagi Mande Rubayah. Setiap pagi dan sore Mande Rubayah memandang ke laut… Jika ada ombak dan badai besar menghempas ke pantai, dadanya berdebar-debar. la menengadahkan kedua tangannya ke atas sembari berdo’a agar anaknya selamat dalam pelayaran. Jika ada kapal yang datang merapat ia selalu menanyakan kabar tentang anaknya. Tetapi semua awak kapal atau nakhoda tidak pernah memberikan jawaban yang memuaskan. Malin tak pernah menitipkan barang atau pesan apapun kepada ibunya.
Itulah yang dilakukan Mande Rubayah setiap hari selama bertahuntahun. Tubuhnya semakin tua dimakan usia. Jika berjalan ia mulai terbungkuk-bungkuk.
“Ibu sudah tua Malin, kapan kau pulang…”rintih Mande Rubayah tiap malam.
Namun hingga berbulan-bulan semenjak ia menerima kabr Malin belum juga datang menengoknya. Namun ia yakin bahwa pada suatu saat Malin pasti akan kembali.
Harapannya terkabul. Pada suatu hari yang cerah dari kejauhan tampak sebuah kapal yang indah berlayar menuju pantai. Kapal itu megah dan bertingkat-tingkat. Orang kampung mengira kapal itu milik seorang sultan atau seorang pangeran. Mereka menyambutnya dengan gembira.
Ketika kapal itu mulai merepat, tampak sepasang muda-mudi berdiri di anjungan. Pakaian mereka berkilauan terkena sinar matahari. Wajah mereka cerah dihiasi senyum. Mereka nampak bahagia karena disambut dengan meriah.
Mande Rubayah ikut berdesakan melihat dan mendekati kapal. Jantungnya berdebaran keras. Dia sangat yakin sekali bahwa lelaki muda itu adalah anak kesayangannya si Malin Kundang.
Belum lagi tetua desa sempat menyambut, ibu Malin terlebih dahulu menghampiri Malin. la langsung memeluk Malin erat-erat. Seolah takut kehilangan anaknya lagi.
“Malin, anakku, ” katanya menahan isak tangis karena gembira. “Mengapa begitu lamanya kau tidak memberi kabar?”
Malin terpana karena dipeluk wanita tua renta yang berpakaian compang-camping itu. Ia tak tercaya bahwa wanita itu adalah ibunya. Seingat Malin, ibunya adalah seorang wanita berbadan tegar yang kuat menggendongnya ke mana saja. Sebelum dia sempat berpikir dengan tenang, istrinya yang cantik itu meludah sambil berkata,”Cuih! Wanita buruk inikah ibumu? Mengapa kau membohongi aku?”
Mendengar kata-kata istrinya, Malin Kundang mendorong wanita itu hingga terguling ke pasir. Mande Rubayah hampir tidak percaya pada perlakuan anaknya, ia jatuh terduduk sambil berkata, “Malin, Malin.
anakku.Aku ini ibumu, Nak!”
Malin Kundang tidak menghiraukan perkataan ibunya. Pikirannya kacau karena ucapan istrinya. Seandainya wanita itu benar ibunya, dia tidak akan mengakuinya. la malu kepada istrinya. Melihat wanita itu beringsut hendak memeluk kakinya, Malin menendangnya sambil berkata,””Hai, Perempuan tua! Ibuku tidak seperti engkau ! Melarat dan dekil !”
Wanita tua itu terkapar di pasir. Mande Rubayah pingsan dan terbaring sendiri. Ketika ia sadar,Pantai Air Manis sudah sepi. Di laut dilihatnya kapal Malin semakin menjauh. Hatinya perih seperti ditusuk-tusuk. Tangannya ditadahkannya ke langit. Ia kemudian berseru dengan hatinya yang pilu,”Ya, AllahYang Maha Kuasa, kalau dia bukan anakku, aku maafkan perbuatannya tadi. Tapi kalau memang dia benar anakku, Malin Kundang, aku mohon keadilan-Mu, ya Tuhan…!.”
Tidak lama kemudian, cuaca di tengah laut yang tadinya cerah, mendadak berubah menjadi gelap. Hujan tiba-tiba turtun dengan teramat lebatnya. Entah bagaimana awalnya tiba-tiba datanglah badai besar. Menghantan kapal Malin Kundang. Disusul sambaran petir yang menggelegar. Seketika kapal itu hancur berkeping-keping. Kemudian terhempas ombak hingga ke pantai.
Ketika matahari pagi memancarkan sinarnya, badai telah reda. Di kaki bukit terlihat kepingan kapai yang telah menjadi batu. itulah kapal Malin Kundang. Tak jauh dari tempat itu nampak sebongkah batu yang menyerupai tubuh manusia. Konon itulah tubuh Malin kundang anak durhaka yang kena kutuk ibunya menjadi batu. Di seIa-sela batu itu berenang-renang ikan teri, ikan belanak, dan ikan tenggiri. Konon, ikan itu berasal dari serpihan tubuh sang istri yang terus mencari Malin Kundang.
CERITA RAKYAT NUSANTARA SI LANCANG
Pada zaman dahulu hiduplah seorang janda dan anaknya bemama si Lancang. Tempat di mana mereka tinggal disebut daerah Kampar. Seharihari mereka hidup susah. Penghasilannya sebagai buruh tani sangat sedikit. Keadaan ini membuat si Lancang berpikir untuk memperbaiki nasib dengan pergi merantau.
Pada suatu hari, si Lancang berangkat ke negeri orang. Si Lancang bekerja keras bertahun-tahun lamanya. Segala perjuangannya tidak siasia, ia berhasil mencapai cita-citanya menjadi orang kaya. Ia menjadi saudagar yang memiliki berpuluh-puluh kapal dagang. Akan tetapi, ia lupa pada ibunya yang miskin dan hidup menderita.
Pada suatu hari, si Lancang singgah di Kampar. Berita kedatangan si Lancang terdengar oleh ibunya. la mengira bahwa si Lancang pulang untuk dirinya. Dengan memberanikan diri, ia naik ke geladak kapal mewah si Lancang. Si ibu langsung menghampiri si Lancang dan ketujuh istrinya. Betapa terkejutnya si Lancang ketika menyaksikan bahwa perempuan berpakaian compang camping itu adalah ibunya. Si Lancang merasa malu.
Sementara Ibunya segera menghampiri si Lancang. “Engkau Lancang, Anakku! Oh… betapa rindunya hati emak padamu.”
Mendengar sapaan itu, si Lancang begitu tega mengingkari pengakuan ibunya sambil berteriak.
“Mana mungkin aku mempunyai ibu miskin seperti kamu. Kelasi! usir perempuan gila ini!”
Dengan perasaan hancur berkeping-keping,ibunya pergi meninggalkan semua angan-angan tentang anaknya. Luka hati seperti disayat-sayat sembilu. Setibanya di rumah, hilang sudah akal sehatnya dan kasih sayangnya karena perlakuan buruk yang diterimanya. Ia mengambil pusaka yang dimilikinya berupa lesung penumbuk padi dan sebuah nyiru. Diputarnya lesung itu dan dikibas-kibaskan nyiru itu sambil berkata, “Ya Tuhanku… hukumlah si anak durhaka itu.”
Tuhan mengabulkan permintaan ibu tua renta itu. Dalam sekejap, turunlah badai topan. Badai tersebut me|u|uhlantakkan kapal-kapal dagang milik si Lancang dan harta benda miliknya juga terbang hilang lenyap. Menurut cerita rakyat setempat, kain sutranya melayang-Iayang dan jatuh menjadi negeri Lipat Kain yang terletak di Kampar Kiri. Gongnya terlempar ke Kampar Kanan dan menjadi Sungai Ogong. Tembikarnya melayang menjadi Pasubilah, sedangkan tiang bendera kapal si Lancang terlempar hingga sampai di sebuah danau yang diberi nama Danau si Lancang. Hingga sekarang, nama-nama tempat itu masih ada.Dongeng legenda ini hendaklah jadi nasihat agar seorang anak tetap ingat dan berbakti kepada orang tuanya.
CERITA RAKYAT PUTRI TUJUH
Dahulu ada kerajaan bernama Seri Bunga Tanjung yang diperintah oleh Ratu Cik Sima. Ia memiliki tujuh orang putri yang sangat cantik dengan sebutan Putri Tujuh. Putri bungsu yang bernama Mayang Sari adalah putri tercantik di antara keenam saudaranya. Putri Mayang Sari dikenaljuga dengan nama Mayang Mengurai.
Suatu ketika, ketujuh putri mandi di Lubuk Umai. Mereka tidak menyadari bahwa Pangeran Empang Kuala sedang mengintipnya darl balik semak-semak. Sang Pangeran sangat terpesona melhat kecantikan salah satu putri. Pangeran Empang Kuala pun bergumam lirih.
“Gadis cantik di lubuk Umal, cantik di Umal. Ya, ya d’umai, d’umal…“ gumam Pangeran Empang Kuala.
Selanjutnya, ia pun mengirim utusan untuk meminang sang putri. Pinangan itu disambut baik oleh Ratu Cik Sima. Namun menurut adat, putri tertualah yang berhak menerima pinangan terlebih dahulu. Utusan tersebut kembali menghadap kepada sang Pangeran.”
“Ampun Baginda Raja! Keluarga Kerajaan Seri Bunga Tanjung belum bersedia menerima pinangan tuan untuk memperistrikan Putri Mayang Mengurai.” Mendengar laporan itu, sang Raja tak bisa terima. Sang Pangeran segera memerintahkan pasukannya untuk menyerang
Kerajaan Seri Bunga Tanjung. Maka pertempuran antara kedua kerajaan itu tak dapat dielakkan lagi.
Pertempuran yang terjadi sangat dahsyat, sehingga Ratu Cik Sima segera menyembunyikan ketujuh putrinya di sebuah gua di hutan. Setelah itu, sang Ratu kembali menghadapipasukan Pangeran Empang Kuala. Sudah tiga bulan berlalu, tetapi pertempuran itu tak kunjung usai. Setelah memasuki bulan keempat rakyat Negeri Seri Bunga Tanjung banyak yang tewas. Diceritakan bahwa pasukan Pangeran Empang Kuala Juga sangat letih menghadapi pertempuran itu.
Pasukan Sang Pangeran beristirahat dan berlindung di bawah pohon bakau di hilir Sungai Umal. Menjelang malam, secara tiba-tiba pasukan Pangeran Empang Kuala tertimpa beribu-ribu buah bakau yang jatuh dan menusuk ke badan. Melhat kenyataan itu, Sang Pangerap memerintahkan pasukannya segera pulang ke Negeri Empang Kuala.
Ratu Cik Sima pun sangat bersyukur dengan kabar gembira tersebut. Keesokan harinya ia pergi ke hutan untuk melihat ketujuh putrinya, tetapi alangkah terkejutnya, karena mereka sudah tak bernyawa, akibat kelaparan. Ratu teringat bahwa bekal makanan anaknya hanya cukup untuk tiga bulan, sedangkan peperangan terjadi selama empatbuian. Ratu Cik Sima jatuh sakit dan tak lama kemudian !a meninggal dunia. Dari cerita ini, masyarakat Dumai meyakini bahwa nama kota Dumai diambil dari kata d’umai, seperti yang pernah diucapkan Pangeran Empang Kuala.
CERITA RAKYAT PAHIT LIDAH
Dahulu ada seorang pangeran bernama Serunting. Ia adalah keturunan raksasa dari daerah Sumidang. Ada satu sifat buruk yang dimilikinya, yaitu selalu iri dengan milik orang lain. Rasa iri ini dirasakannya juga kepada saudara iparnya, adik dari istrinya sendiri yang bernama Aria Tebing. Rasa iri tersebut berlanjut dengan pertengkaran di antara keduanya.
Pertengkaran tersebut berlanjut menjadi permusuhan besar. Penyebabnya, mereka memiliki ladang padi bersebelahan yang dipisahkan oleh pepohonan. Di bawah pepohonan itu ditumbuhi cendawan. Cendawan yang menghadap ladang Aria Tebing tumbuh, menjadi logam emas, sedangkan cendawan yang menghadap ladang Serunting tumbuh menjadi tanaman yang tidak berguna. Serunting menuduh Aria Tebing telah menggunakan ilmunya untuk mengubah cendawan miliknya menjadi tumbuhan ilalang.
Pada suatu hari, terjadilah perkelahian sengit antara Serunting dan Ana Tebing. Karena Serunting lebih sakti, Arya Tebing terdesak dan hampir terbunuh. Namun, Aria Tebing berhasil melarikan diri. Kemudian ia menemui dan membujuk kakaknya (istri dari Serunting) untuk memberitahukan rahasia kesaktian Serunting. Setelah mendengar rahasia kesaktiannya, Aria Tebing kembali menantang Serunting. Serunting menerima tantangan itu. Ketika perkelahian berada pada puncaknya, Aria Tebing hampir saja dikalahkan. Pada saat terdesak itu, Aria Tebing melihat ilalang yang bergetar. Segera ia menancapkan tombaknya pada ilalang yang bergetar itu. Serunting langsung terjatuh dan terluka parah. Serunting kaget, karena adik iparnya dapat mengetahui rahasianya itu, padahal hanya istrinya yang tahu. Merasa dikhianati istrinya, ia pun pergi mengembara.
Serunting pergi bertapa ke Gunung Siguntang. Oleh Dewa Mahameru, ia dijanjikan kekuatan gaib. Kesaktian itu berupa kemampuan lidahnya mengubah sesuatu sesuai yang di inginkannya. Selanjutnya, ia berniat kembali ke kampungnya di daerah Sumidang. Dalam perjalanan pulang tersebut, ia menguji kesaktiannya. Di tepi Danau Ranau, dijumpainya hamparan pohon-pohon tebu yang sudah menguning.
Serunting pun berkata,. “Jadilah batu.” Maka benarlah, tanaman itu berubah menjadi batu. la pun mengutuk setiap orang yang dijumpainya di tepian Sungai Jambi menjadi batu. Sejak saat itu, serunting mendapat julukan si Pahit Lidah. Setelah sekian lama berjalan dari satu daerah ke daerah lainnya, si Pahit Lidah pun sadar atas kesalahannya dan ia ingin menebus segala kesalahan dengan
kebaikan. Dikabarkan, la mengubah Bukit Serut yang gundul menjadi hutan kayu yang rimbun. Penduduk setempat senang dan menikmati hasil hutan yang melimpah. Walaupun kata-kata yang keluar dari mulutnya telah berbuah manis, Serunting tetap dijuluki sebagai si Pahit Lidah.
CERITA RAKYAT SI KELINGKING
Dahulu, hiduplah sepasang suami istri di sebuah desa di Pulau Belitung Walaupun hidup miskin, mereka tetap rukun dan bahagia. Namun, mereka belum mempunyai anak. Mereka tidak putus asa, hampir setiap saat berdo’a kepada Tuhan.
“Ya, Tuhan! Karuniakanlah kami seorang anak, walaupun sebesar kelingking!”
Itulah do’a yang selalu mereka panjatkan. Tidak berapa lama sang istri mengandung.
Beberapa bulan kemudian, sang istri pun melahirkan. Alangkah terkelutnya mereka, ketika melihat bayinya hanya sebesar kelingking. Oleh karena itu, mereka memberinya nama Kelingking.
Si Kelingking mempunyai kebiasaan aneh. Walaupun badannya sangat kecil, tetapi si Kelingking mampu menghabiskan makanan yang banyak. Orang tuanya jadi sering kerepotan. Mereka miskin. Untuk makan sehari-hari saja susah. Ditambah kerakusan si kelingking maka kesabaran mereka jadi hilang.
Akhirnya, mereka memutuskan untuk membuang jauh-jauh Si Kelingking. Pada suatu hari, sang ayah mengajak si Kelingking ke hutan untuk mencari kayu. Setibanya di tengah hutan, sang ayah segera menebang pohon besar yang diarahkan kepada anaknya. Beberapa saat kemudian, pohon besar itu pun roboh menimpa si Kelingking. Setelah memastikan dan yakin anaknya mati, sang ayah segera kembali ke rumahnya. Mendengar cerita suaminya, sang istri pun menjadi lega,
Mereka lupa bahwa perbuatan membunuh anak sendiri adalah tercela.
“Bang! Mulai hari ini, hidup kita akan jadi tenang,” kata sang istri kepada suaminya. Baru saja kata-kata itu terlontar dari mulut istrinya, tiba-tiba terdengarsuara terjakan dari luar rumah.
“Ayah !Ayah ! Diletakkan di mana kayu ini?” Suara keras terdengar dari luar rumah.
Istrinya pun bertanya penuh rasa heran, “Bang! Bukankah anak Itu sudah mati?” tanya istrinya heran.
“Ayo, kita keluar melihatnya!” seru sang suami penasaran. Mereka sangat terkejut melihat si Kelingking sedang memikul sebuah pohon besar di pundaknya. Setelah meletakkan kayu itu, si Kelingking langsung mencari makanan di rumahnya. Karena merasa kelaparan, ia pun menghabiskan sebakui nasi. Sementara ayah dan ibunya hanya duduk terbengong-bengong melihat anaknya, tidak tahu apa yang harus mereka perbuat.
Singkat cerita, meskipun sudah beberapa kali disingkirkan, tetapi ia tetap kembali lagi. Mereka kehabisan akal untuk menyingkirkan si Klingking.
Ketika melihat si Kelingking begitu lahapnya makan dan seolah tak pernah tahu niat jahat orang tuanya, akhirnya mereka sadar. Si Kelingking adalah darah dagingnya, sudah seharusnya ia dipelihara dengan baik. Sejak saat itu, mereka menerima keadaan si Kelingking apa adanya. Ternyata keberadaan si Klingking sangat berguna, dengan tenaganya yang besar, si Kelingking mampu melakukan pekerjaan yang berat. Pada akhirnya kehidupan mereka menjadi lebih baik, si Kelingking menjadi sumber tambahan penghasilan keluarganya.
ASAL MULA NEGERI LEMPUR
Dahulu, di sebuah hutan belantara, berdiri Kerajaan Pamuncak Tiga Kaum. Kerajaan itu diperintah oleh tiga bersaudara, yaltu Pamuncak Rencong Talang, PamuncakTanjung seri, dan Pamuncak Koto Tapus.
Pada suatu ketika , hasil panen rakyat di wilayah kekuasaan Pemuncak Rencong Talang sungguh melimpah. Pamuncak Rencong Talang bermaksud mengadakan pesta panen dengan mengundang kerabat dan keluarganya. Karena tidak bisa hadir, maka PamuncakTanjung Seri mengutus istri dan kedua anaknya.
Singkat cerita, mereka telah sampai di negeri Pamuncak Rencong Talang. Hari kenduri dan pesta panen pun tiba. Telah dirundingkan bahwa pesta akan diadakan selama tiga hari tiga malam. Pada malam ketiga itu, hadirlah anak dara dari Pamuncak Tanjung Seri, yang menjadi incaran para pemuda. Dikisahkan bahwa pesta berlangsung dengan sangat meriah. Takterasa ayamjantan pun telah berkokok berkaIi-kali.
Hari telah benar-benar telah larut. Akhirnya, si Ibu gadis itu mengajak anaknya” pulang, Namun, gadis itu tidak mengacuhkan panggilan ibunya.
Ada seorang pemuda di dekatnya bertanya kepada gadis itu, siapa! perempuan tua yang memanggilnya itu? Mendengar pertanyaan itu, maka gadis itu menjawab, “Oo..,perempuan itu adalah pembantu saya.”
Sakit hati sang ibu mendengar hal itu. Keesokan harinya, mereka pulang. Dikisahkan ketika rombongan itu tiba di daerah antara Pulau Sangkar dan Lolo yang berawa dan berlumpur. Maka berdoalah istri Pamuncak Tanjung Sari kepada Tuhan, agar anaknya yang durhaka itu ditelan oleh rawa lumpur. Rupanya do’a itu dikabulkan oleh Tuhan. Sl dara itu terjerat kakinya oleh rawa yang berlumpur ltu, sehingga ia terbenam makin dalam. Ia menangis dan meminta tolong kepada _ ibu dan pengawalnya. Namun. ibunya tiada mengacuhkan.
“Aku bukan lbumu,Aku hanyalah pembantumu.”
Si gadis itu terusjuga meraung sambil berkata,””Tolong…, tolooong Ibu, Aku tidak akan durhaka lagi kepadamu. Maafkanlah aku, Ibu.”
Ibunya tak mau mendengar permintaan anaknya itu. Malah ia mengambil gelang dan selendang Jambi yang dipakai anaknya. Setelah diambilnya barang tersebut, maka tenggelamlah gadis itu.
Setelah kejadian itu, negeri itu dinamai oleh penduduknya dengan nama Lempur yang berasal dari kata Lumpur.
Sementara itu, gelang tersebut dibuang di sebuah tebat, sehingga tebat tersebut dinamakan Tebat Gelang. Kemudian, kain panjang Jambi dibuang pula ke dalam tebat lainnya, sehingga tebat itu diberi nama Tebat Jambi.
CERITA RAKYAT GUNUNG MERAPI
Disebutkan dalam Babad Tanah Jawa, Panembahan Senapati sedang bertapa di Nglipura, dekat Bantul. Setelah selesai bertapa, kemudian Ki Juru Mertani bertanya kepadanya, “Apakah yang kau dapatkan di dalam tapamu?”
PanembahanSenapati menjawab, “Saya mendapatkan lintang johar di Nglipura.”
Segera Ki Juru Mertani bertanya kembali, “Apakah lintang johar Itu mampu menghilangkan marabahaya’?”
“Tidak, Paman,” ujar Panembahan Senapati.
“Kalau begitu, bertapalah lagi,” kata Ki Juru Mertani. Ki Juru Mertani melanjutkan perkataannya. “Hanyutkanlah sebatang kayu di sungai. Naiklah Kau di atas kayu yang hanyut itu. Setelah sampai di Laut Kidul, kau akan menjumpai Ratu Kidul.” Panembahan Senapati ménjalankan apa yang dikatakan Ki Juru Mertani. Di dalam Babad Tanah Jawa disebutkan tentang pertemuan Panembahan Senopati dan Ratu Laut Kidul. Ratu Laut Kidul bersedia membantu Panembahan Senopati _ . dengan bala tentara makhluk halus. Panembahan Senopati kemudian menemui Ki Juru Mertani. Nah , sekarang apa yang kau dapatkan dari tapamu?” Benar kata paman, saya dapat bertemu dengan Ratu
Kidul.” “Lantas, apa yang kau dapatkan?” tanya Ki Juru Mertani.
“Saya diberi minyak Jayangkatong dan Telur Degan,” jawab Panembahan Senapati.
“Telur yang kau dapatkan itu berikanlah pada Juru Taman” kata Ki Juru Mertani. Singkat cerita, setelah Ki Juru Taman memakan telur itu. Terjadi keanehan dalam diri Ki Juru Taman. Tubuhnya berubah wujud menjadi raksasa yang besar dan mengerikan.
Selanjutnya, raksasa itu ditugaskan menjaga Gunung Merapi. Adapun tempat penjagaannya adalah Plawangan. Maka, apabila terjadi bencana yang diakibatkan oleh Gunung Merapi, raksasa itulah yang menjaga dan menahan agar bencana tidak menjalar ke arah selatan, khususnya Kraton Yogyakarta. ltulah sebabnya, lahar yang disemburkan Gunung Merapi tidak pernah mengalir ke selatan. Dengan demikian, daerah sebelah selatan senantiasa terhindar dari bencana.
Sedangkan minyak Jayangketong diperintahkan agar dibuang. Namun sebelumnya, dibuka dahulu dan diusapkan pada dua anak laki-Iaki dan perempuan yang ada di sana. Setelah terkena Jayangkatong, raga keduanya tidak kelihatan. Si anak laki-laki yang tidak nampak itu dijuluki Kyai Panggung, sedangkan si anak perempuan menjadi Nyai Koso. Sampai sekarang, mereka dipercayai masih setia menjaga Beringin Putih di utara Masjid yang ada di sebelah selatan jalan.
CERITA RAKYAT PENYUMPIT DAN PUTRI MALAM
Dahulu ada seorang pemuda sebatang kara. Namanya Penyumpit. la tinggal di sebuah rumah kecil peninggalan orang tuanya. Ketika masih hidup, ayah Penyumpit sering berutang kepada seorang kepala desa Pak Raje. Pak Raje adalah orang yang kaya raya, namun jahat dan licik. Utang ayah Penyumpit tidak pernah lunas karena Pak Raje selalu melipat gandakannya. Walau kedua orang tua Penyumpit telah tiada. Namun, Utang-utang ayahnya oleh Pak Raje tidak dianggap lunas. Penyumpit harus mmebayar utang ayahnya dengan cara menjaga sawah milik Pak Raje yang padinya sudah mulai menguning. Penyumpit harus menjaganya siang dan malam.
“Hai Penyumpit, hati-hati menjaga sawahku. Jika sampai sawahku rusak, aku akan mendendamu. Kamu harus membayar semua kerusakan itu,” demikian pesan Pak Raje sebelum Penyumpit berangkat ke sawah. Padahal, Pak Raje tahu, kemungkinan besar sawahnya bisa rusak karena dimasuki babi-babi hutan.
Jika tugas yang satu sudah selesai Pak Raje akan memberinya tugas yang baru. Sekarang tugas Penyumpit cukup berat, jika siang ia harus menuai padi yang siap panen. Jika malam ia harus menjaga sawah agar tidak dirusak babi hutan.
Tujuh hari sudah Penyumpit melaksanakan tugasnya dengan baik Pada hari kedelapan ketika sedang asyik duduk di dangau mengawas, sawah Pak Raje, tampak sesosok babi hutan memasuki wilayah persawahan Pak Raje.
Dengan cekatan Penyumpit melemparkan tombak yang ia bawa ke arah babi hutan.
Dari kejauhan terdengar pekik kesakitan babi hutan. Ternyata, mata tombak Penyumpit mengenai kaki babi hutan. Penyumpit cepat berlari ke arah babi hutan yang terluka. Namun, babi hutan tersebut sudah hilang lenyap. Hanya ada tetesan darah dari tubuh babi hutan itu yang berceceran di sepanjangjalan.
Penyumpit mengikuti jejak tetesan darah itu hingga ke dalam hutan. Ia ingin me ngetahui letak persernbunyian para babi hutan. Makin lama semakin dalam ia masuk ke hutan, hingga suatu ketika Penyumpit dikagetkan oleh berubahnya babi yang ia Iukai menjadi seorang putri cantik. Ia pun terdiam beberapa saat seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Wahai putri yang cantik, kaukah babi yang terluka tadi?” tanya Penyumpit.
“Benar …… Akulah yang tadi menjelma menjadi seekor babi. Namaku Putri Malam, ucap gadis cantik itu sambil merintih kesakitan.
“Maafkan aku Putri. Aku telah melukaimu. Mari aku bantu mengobati luka di kakimu,” ucap Penyumpit menawarkan diri untuk membantu.
Secara hati-hati dan perlahan Penyumpit membersihkan luka dan menghentikan darah yang mengalir di kaki Putri Malam. Ia menggunakan tumbuhan sekitar yang berkhasiat obat untuk menyembuhkan luka sang putri Keesokan harinya, Putri Malam sudah bisa berjalan kembali. Sebagai tanda terima kasih ia memberikan beberapa bungkusan yang berisi kunyit, buah nyatoh, daun simpur, dan buah jering kepada Penyumpit.
“Ingat ya ! Kamu baru boleh membuka bungkusan ini setelah tiba di rumah,” pesan sang putri.
Penyumpit akhirnya kembali ke rumah dan mematuhi pesan Putri Malam. Setibanya di rumah, ia segera membuka bungkusan tadi. Betapa terkejutnya ia, ternyata bungkusan yang berisi rempah-rempah itu berubah menjadi emas, berlian, permata, dan intan.
Si Penyumpit kini menjadi orang yang kaya raya.
Kemudian, ia pergi ke rumah Pak Raje untuk membayar semua utang-utang almarhum ayahnya. Selain itu, ia juga terbebas dari tindakan sewenang-wenang Pak Raje yang mempekerjannya siang dan malam.
Pak Raje tak habis pikir melihat Penyumpit dapat melunasi utang-utang almarhum ayahnya yang berjumlah besar. “Dari mana kamu mendapatkan uang sebanyak ini? Jangan-jangan kamu telah mencuri ya. Aku tidak mau menerima harta haram” ucap Pak Raje.
Maaf Tuan, saya tidak pernah mencuri dari siapa pun. Ini saya dapatkan dengan halal
Ada seorang putri cantik yang baik hati memberikan Ini semua kepada saya.” Penyumpit menjelaskan.
“Putri…? Siapa siapa?” tanya Pak Raje penasaran.
Penyumpit menjelaskan peristiwa malam itu. Ia mengatakan semuanya kepada Pak Raje sampai dia mendapatkan bungkusan dari putri Malam yang isinya telah berubah menjadi barang-barang berharga. Rupanya Pak Raje tertarik untuk mendapatkan harta dengan cara yang mudah.
Diam-diam Pak Raje ingin meniru apa yang pernah dilakukan Penyumpit. Ia ingin menjaga sawahnya dan kemudian menombak babi hutan yang masuk ke sawahnya. Pak Raje mengikuti babi yang terluka dan masuk ke dalam hutan. Di dalam hutan ia mengobati babi hutan yang terluka. Sesudah itu hehehhe…dia akan mendapat harta berlimpah.
Malam itu, Pak Raje melaksanakan keinginannya. Ia menjaga sawahnya. Tapi karena tidak terbiasa berjaga malam, Ia pun mengantuk dan tertidur pulas. Pada saat ia tertidur puluhan babi hutan bertubuh besar menyerangnya bertubi-tubi. Ada yang menyeruduk ada yang menginjakinjak tubu Pak Raje. Pak Raje mati mengenaskan dengan tubuh sobeksobek di sana-sini.
Esok harinya berita kematian Pak Raje tersebar ke seluruh kampung. Putri tertua Pak Raje menyampaikan kejadian itu pada Penyumpit. Penyumpit terkejut mendengar Pak Raje mati karena mengikuti jejaknya menombak babi hutan. Penyumpit pun datang ke rumah Pak Raje. Di sana, ja melihattubuh Pak Raje yang sudah tidak utuh lagi.
Meskipun Pak Raje selalu berbuat jahat pada Penyumpit, Penyumpit tak pernah dendam. Dengan niat baik Penyumpit berusaha menolong Pak Raje dengan mengucapkan doa dan mantra khusus untuk memohon kehidupan kembali Pak Raje kepada para Dewa.
Ajaib ! Doa Penyumpit akhirnya dikabulkan . Tubuh Pak Raje menyatu dengan sendirinya. Luka-luka Pak Raje pun sembuh dan ia hidup kembali. Pak Raje merasa malu kepada Penyumpit karena ia selalu berbuatjahat.
“Hai Penyumpit yang baik budi , maafkan atas segala kesalahanku. Aku telah berbuat salah kepadamu dan keluargamu. Sebagai rasa terima kasihku kepadamu, kamu kunikahkan dengan anakku,” ucap Pak Raje Dada Penyumpit.
Beberapa hari kemudian, Penyumpit menikah dengan anak Derempuan Pak Raje. Sekarang Penyumpit menjadi orang kaya raya. la hidup bahagia dengan istrinya. Pak Raje pun menjadi orang yang baik hati dan tidak sombong. Ketika usianya semakin lanjut Pak Raje meminta si Penyumpit menjabat sebagai kepala desa menggantikan kedudukannya.
CERITA RAKYAT BUAYA PEROMPAK
Pada zaman dahalu di dearah Lampung, ada sebuah kisah yang sangat menarik tentang sungai Tulang Bawang. Sungai itu terkenal angker. Banyak orang hilang jika berlayar melewati sungai itu.
Mengapa banyak orang hilang? Ternyata di sungai itu ada seekor buaya ganas. Buaya itu adalah penghuni sungai Tulang Bawang sudah banyak memakan korban, Penduduk yang hidup di sekitar sungai Tulang Bawang harus berhatihati. Jika bepergian mereka siap dengan senjata tajam.
Dikisahkan, pada suatu hari penduduk sekitar kehilangan seorang gadis cantik yang bernama Aminah. Seluruh penduduk di kampung itu segera melakukan pencarian. Akan tetapi, meskipun seluruh penduduk kampung Tulang Bawang sudah mencari hampir ke setiap tempat, tak ada satu petunjuktentang adanya Aminah. Gadis itu hilang lenyap begitu saja.
Sementara itu, pada saat bersamaan, di dalam sebuah gua besar yang jauh dari pemukiman penduduk, terbaringlah tubuh seorang gadis yang lemah tak berdaya. Ternyata gadis itu adalah Aminah yang baru tersadar dari pingsannya. Alangkah terkejutnya ia menemukan dirinya ada di dalam gua. Setelah bangkit, ia berusaha berdiri dan berjalan berkeliling. Keterkejutannya semakin bertambah, karena gua itu dipenuhi oleh harta benda yang tak ternilai harganya, ada permata, emas, intan, dan pakaian yang indah-indah. Seluruh benda itu mengeluarkan cahaya yang berkilauan. Kemudian, terdengar sebuah suara dari sudut gua, tampaklah seekor buaya yang sangat besar dan mengerikan.
“Jangan takut! Memang aku buaya, tapi asalku manusia sepertimu juga. Aku dikutuk karena perbuatanku yang tercela. Aku dipanggil Somad.
Pekerjaanku merampok di sungai Tulang Bawang. Harta benda yang kurampok tersimpan dalam gua ini. Selain itu, di gua ini terdapat terowongan rahasia yang menembus langsung ke desamu. Tak ada yang mengetahul terowongan itu.”
Dalam keadaan terkejut dan ketakutan, Aminah berusaha menyimak seluruh perkataan si buaya. Tanpa disadarinya, ia telah mendengar sebuah rahasia yang dapat memberinya jalan keluar. Walaupun si Buaya bersikap baik padanya dan selalu memberinya hadiah perhiasan, ia tetap tidak kerasan, ia ingin kembali ke desanya. Ia berharap dapat rneninggalkan si Buaya yang kesepian itu sendiri dalam gua dan segera kembali ke kampung halaman.
Aminah mulai teringat kejadian mengapa ia berada di dalam goa bersama buaya itu. Kemarin ia berada di tepi sungai, baru saja membuang sampah. Tiba-tiba sesuatu yang kuat dan besar menyambar dirinya. Ia seperti tenggelam ke dasar sungai. Ia tak sadarkan diri, tahu-tahu berada di dalam goa bersama Buaya Perompak.
Kini Aminah pura-pura menuruti kemauan si Buaya. Tapi diam-diam ia menunggu kesempatan yang baik untuk meloloskan diri. Pada suatu ketika, si Buaya perompak tertidur dan membiarkan pintu guanya terbuka. Amina h segera menggunakan kesempatan itu untuk keluar melalui terowongan sempit itu. Ketika menyusurlnya cukup lama, tiba-tiba ia melihat sinar matahari.
Betapa gembiranya ia dapat keluar dari gua itu. Aminah, si gadis rupawan itu akhirnya bisa kembali ke desanya dengan selamat. Ia hidup tentram bahagia bersama keluarganya. Harta berlimpah tidak menjamin hidup bahagia. Buaya itu kaya raya tapi ia kesepian dan menderita akibat perbuatannya dulu.
CERITA RAKYAT SI PITUNG JAGOAN BETAWI
Si Pitung adalah pemuda yang baik, ia tekun beribadah dan berbudi pekerti luhur. Ia berasal dari Rawa Belong. Selain belajar mengaji ia juga belajar silat kepada Haji Naipin. Tidak terasa Waktu berjalan, si Pitung menjelma menjadi sosok pemuda dewasa yang gagah perkasa. Ia mempunyai bekal ilmu agama dan pencak siIat.
Pada saat yang sama, penjajah Belanda sedang giat-giatnya mengeruk kekayaan alam bangsa Indonesia yang berpusat di Batavia. Tenaga rakyat diperas dalam kekejaman kerja paksa. Tak terhitung lagi korban yang jatuh. Sebagian lagi hidup dalam penderitaan dan kelaparan. Menyaksikan kenyataan itu, timbul rasa iba di hati Si Pitung. Keberpihakan pada rakyatnya sendiri yang mengubah takdir Si Pitung.
Bersama Rais dan Jii, si Pitung merampok rumah tauke dan tuan tanah kaya. Hasil rampokannya kemudian dibagi-bagikan pada rakyat miskin. Tentu saja lama kelamaan, kegiatan si Pitung meresahkan Kumpeni.
Kumpeni melakukan berbagai cara untuk menangkap si Pitung. Mulamula, dibujuknya orang-orang untuk memberi keterangan dengan imingiming hadiah yang cukup besar. Kalau usahanya gagal, tidak segan-segan kumpeni memaksanya dengan kekerasan.
Akhirnya, kumpeni berhasil mendapat informasi tentang keluarga si Pitung. Kelebihannya, merupakan kelemahannya juga. Keluarga sebagai sumber motivasi si Pitung justru menjadi titik lemahnya. Kumpeni segera menyandera kedua orang tuanya dan Haji Naipin. Dengan siksaan yang berat, akhirnya terungkaplah keberadaan si Pitung dan rahasia kekebalan tubuhnya.
Ilmu silatnya yang tinggi dan tubuhnya yang kebal peluru, mempermudah setiap aksi perampokkannya. Sudah banyak rumah tauke dan tuan tanah yang dirampoknya, tetapi ia tidak juga berhasil ditangkap. Lagi pula, orang-orang tidak menceritakan keberadaan si pitung. Ia banyak berjasa pada rakyat.
Pada suatu hari, si Pitung dan teman-temannya berhasil ditemukan. Si Pitung berusaha melakukan perlawanan. Namun, hari itu memang hari naas baginya. Rahasia kekebalan tubuhnya yang selama ini membuatnya tetap hidup sudah diketahui pihak kumpeni. Si Pitung, pahlawan rakyat kecil itu dilempari telur-telur busuk dan ditembak berkaIi-kali. Akhirnya, ia Dun menghembuskan nafas terakhir sebagai pembela rakyat jelata.
CERITA RAKYAT BATU KUWUNG
Dahulu, ada seorang saudagar yang kaya raya. Saudagar ini prilakunya buruk. la sombong dan kikir. Karena budi pekertinya yang buruk penduduk desa sangat membencinya.
Pada suatu hari, sang Saudagar kedatangan seorang pengemis berkaki pincang meminta makanan. Bukannya memberi, saudagar itu malah menghardik dan mencaci maki, “Enak saja kamu minta-minta. Kau kira hartaku ini milik nenek moyangmu, sudah, pergi sana!”
Si Pengemis didorong oleh saudagar hingga jatuh tersungkur. Mendapat perlakuan seperti itu, si Pengemis pun murah.
“Dasar manusia sombong! Tunggulah, sebentar lagi kau akan mendapat balasan akibat perbuatanmu ini!” kata si Pengemis sambil bangkit berdiri kemudian pergi tanpa menoleh lagi.
Keesokan harinya, ketika Saudagar bangun dari tidur, kedua kakinya sulit digerakkan. Ia tak mampu bangkit dari kasurnya. Ia pun panik. la perintahkan kepada pengawainya mencari tabib, dukun atau orang sakti
untuk mengobati penyakitnya. Namun, tak satu pun orang pintar yang berhasil mengobatinya. Saudagar itu pun berjanji bahwa ia akan memberikan setengah dari harta kekayaannya, kepada siapa saja yang dapat menyembuhkan penyakitnya. Mendengar hal itu, si Pengemis berkaki pincang datang kembali dan menjelaskan apa yang menjadi penyebab lumpuhnya kaki Saudagartersebut.
“Musibah yang menimpa dirimu disebabkan oleh sifatmu yang sombong dan kikir. Ada beberapa syaratjika kau ingin sembuh.. Pertama, harus rendah hati dan pemurah. Kedua, pergilah bertapa di atas batu cekung selama tujuh hari tujuh malam. Ketiga, penuhi janjimu untuk
“membagi separuh kekayaan kepada orang miskin di sekitar rumahmu”.
Dengan dibantu oleh pelayannya berangkatlah sang Saudagar untuk bertapa di atas batu cekung selama tujuh hari tujuh malam. Pada hari terakhir pertapaan, keajaiban pun terjadi. Dari pusat batu cekung tersebut menyemburlah sumber mata air panas. Saudagar itu menghentikan tapanya, ia mandi dengan sumber mata air panas. Sungguh aneh, kedua kakinya yang semula lumpuh, kini dapat ia gerakkan kembali. Setelah berendah agak lama ia pun kin dapat berjalan dengan normal.
Setelah yakin sembuh pulih seperti sedia kala, saudagar itu kembali ke rumahnya. la memenuhi janjinya, membagi-bagikan separo harta kepada orang-orang miskin di sekitar tempat tinggalnya. la betul-betul telah berubah. Jika ada pengemis datang buru-buru ia memberikan uang atau makanan sepantasnya. Ketika menikah ia tidak memilih putri orang kaya melainkan memilih gadis desa anak seorang petani miskin.
Kiranya pengalaman pahit nya dulu tak bisa berjalan telah membuatnya insyaf, tidak lagi sombong, melainkan suka menolong sesama. Orang-orang yang dulu membencinya kini berbalik menyukainya. Perdagangannya semakin lancar, ia bertambah kaya raya.
Penduduk setempat menyebut istilah cekung dengan Kuwung, maka Batu Cekung yang telah menjadi sebab kesembuhan si Saudagar disebut Batu Kuwung. Konon, berbagai macam penyakit dapat sembuh apabila mandi dengan sumber mata air panas Batu Kuwung yang terletak di kaki Gunung Karang.
CERITA RAKYAT SANGKURIANG SAKTI
Prabu Galuga adalah serorang raja yang suka berburu. Biasanya ia ditemani seekor anjing istana jelmaan dewa. Pada suatu hari baginda berburu ke hutan dengan serombongan pengawal. Tapi hampir seharian ia tidak mendapat seekor binatang sekalipun, setiap kali membidikkan anak panahnya selalu meleset tak pernah mengenai sasaran. “Ada apa ini? Kenapa anak panahku tak pernah mengenai sasaran?” sang Prabu bertanya heran dalam hatinya.
Sang Prabu kesal sekali karena tak dapat hewan buruan. Suatu ketika ia pergi ke semak belukar di sana ia membuang air kecil yang ditahannya sejak tadi. Air seni Prabu Galuga tersisa dan menggenang di cekungan tempurung kelapa yang tergeletak di bawah rerimbunan. Di hutan itu ada seekor babi hutan jelmaan bidadari yang harus menjalani hukuman di dunia. Babi hutan itu bernama Celeng Wayungyang.
Saat itu musim kemarau yang panas. Setelah baginda dan rombongannya meninggalkan tempat itu, datanglah Celeng Wayungyang. yang merasa kehausan. la menjilati air seni baginda yang ada di cekungan tempurung kelapa. Atas kehendak dewata, babi betina itu hamil. Sembilan bulan kemudian babi itu melahirkan seorang manusia perempuan. Pada saat itu, prabu galuga kebetulan tengah berburu pula di tempat yang sama seperti sembilan bulan yang lalu.
Prabu galuga merasa heran mendengartangisan bayi di tengah hutan. Makin lama suara tangisan bayi itu makin keras. Prabu Galuga seperti ditarik kekuatan gaib, sepasang kakinya melangkah ke arah sang bayi.Tentu saja Celeng Wayungyangketakutan dan segera melarikan diri.
“Hah? Seorang bayi?” pekik sang Prabu saat mengetahui ada sosok bayi tergeletak di rerumputan. Prabu Galuga segera menggendong bayi itu. Bayi itu kemudian dibawa ke istana, diambil anak dan diberi nama Nyi Dayang Sumbi.
Tujuh belas tahun kemudian gadis kecil itu telah tumbuh menjadi seorang dara cantikjelita. Kecantikan Nyi Dayang Sumbi terkenal sampai ke negara tetangga, hampir setiap pekan datang lamaran. Namun Nyi Dayang Sumbi selalu menolaknya. Sang prabu menjadi marah sekali. “Sumbi hanya ada dua pilihan bagimu. Mau menikah atau kuasingkan kau di tepi hutan.” Karena gadis itu tetap tak mau menikah maka ia diasingkan di tepi hutan ia dibuatkan dangau di tepi hutan. Temanya sehari-hari hanya seekor anjing bernama si Tumang -anjing jelmaan Dewa. Pekerjaannya sehari-hari adalah menenun kain.
Pada suatu hari ketika sedang menenun salah satu tongkatnyajatuh ke bawah dangau. ia merasa malas untuk turun ke bawah maka ia mengucapkan kata-kata “Siapa yang mau mengambilkan tongkatku ia akan kujadikan suamiku…” Tak disangka si umang naik ke atas sambil membawa tongkat itu. Kiranya anjing ini mendengar perkataan Nyi Dayang Sumbi. Bukan main terkejutnya Nyi Dayang Sumbi melihat siapa Yang naik pondok membawa tongkat.
Dayang sumbi hendak menolak kenyataan yang ada namun tiba-tiba terdengar suara tanpa rupa,”Nyi Dayang Sumbi! Kau adalah keturunan bidadari, bidarari pantang menjilat ludah …… sendiri, lagi pula si Tumang memang jodohmu. Sesungguhnya anjing itu adalah jelmaan dewa!”
Terpaksa Dayang Sumbi harus bersuamikan seekor anjing walaupun anjing itu jelmaan dewa.
Hari-hari berlalu. Dayang sumbi dikaruniai seorang bayi laki-laki yang tampan. Bayi itu diasuhnya dengan penuh kasih sayang. Ia diberi nama Sangkuriang. Tak terasa tujuh tahun berlalu. Sangkuriang kecil sudah pandai berburu binatang bersama si Tumang. Sangkuriang tak pernah tahu, tak pernah menyadari kalau si Tumang adalah ayahnya. Sebab Dayang Sumbi tidak pernah bercerita siapa sesungguhnya si Tumang itu.
Pada suatu hari Sangkuriang berburu ke hutan bersama si Tumang. Namun sudah sekian lama mereka tidak menemukan seekor hewan pun. Suatu ketika Sangkuriang melihat babi hutan besar, la mencabut anak panah. Membidik tepat ke arah si babi hutan. Namun sebelum anak panah itu dilepas si babi hutan keburu lari, menyelinap ke dalam semak belukar. Tumang diperintah mengejar namun tidak mau. Sangkuriang jadi marah. Kini ia mengarahkan bidikan panahnya ke arah si Tumang. Tembakan anak panahnya tepat mengenai perut si Tumang. Si Tumang menjerit keras kemudian tubuhnya ambruk ke tanah.
Sangkuriang menyembelih anjing itu, mengambil bagian-bagian daging yang paling enak dan hatinya. Daging dan hati anjing itu dibungkus dan dibawanya pulang. Hati dan daging itu dimasak dengan lezat oleh Nyi Dayang Sumbi dan dimakan bersama-sama dengan sangkuriang. Selesai makan Dayang Sumbi mencari si Tumang. “Sangkuriang, ke mana si Tumang?” Sangkuriang menjawab.” Bu….anjing itu tadi kusuruh menyerang babi hutan malah diam saja. Akhirnya ….. dialah yang kupanah dan kuambil daging dan hatinya.” “Apa?” pekik Dayang Sumbi kaget. Sepasang mata Nyi Dayang Sumbi merah menyala pertanda marah. Ia mengambil benda sekehanya dipukulnya anak itu dengan entong.
Sangkuriang menjerit kesakitan. Ia diusir dari rumah.lbunya tega berbuat sekejam itu.
Diiringi hujan deras dan petir menyambar di langit. Sangkuriang berlari tak tentu arah.
Sangkuriang bertekad tidak akan kembali ke rumah. la mengembara ”tak tentu arah sampai akhirnya bertemu dengan seorang pertapa sakti. Ia diangkat sebagai. murid terkasih. Semua ilmu kesaktian pertapa itu diwariskan kepada Sangkuriang; Dua belas tahun kemudian ia sudah menjadi pemuda Dewasa. Wajahnya tampan. Tubuhnya gagah perkasa.
Setelah selesai masa bergurunya ia pergi mengembara. Dalam pengembaraannya ia sering beradu kesaktian dengan para pendekar Apabila ia kalah dalam satu pertarungan maka tak Segan-segan ia berguru kepada orang yang mengalahkannya, sehingga semakin lama ilmunya semakin tinggi. Pada suatu ketika, dalam petualangannya ia berkelahi dengan raja jin dan mengalahkan raja jin tersebut sehingga tunduk takluk dan bersedia diperintah apa saja oleh Sangkuriang. Raja jin berjanji,” suatu ketika saya akan membantu,Tuan!”
“Bagaimana caraku memanggilmu?” tanya Sangkuriang.
“Sebut nama hamba dan hentakkan kaki Tuan tiga kali ke bumi, maka hamba akan datang bersama pasukan hamba.”
“Baiklah kalau begitu!”
Ia terus mengembara Di pinggir sebuah hutan. Dan bertemu dengan seorang gadis cantik.Keduanya berkenalan dan sama-sama jatuh cinta.Pada suatu hari ketika mereka sedang bercengkrama, si gadis mencari kutu di kepala Sangkuriang. Tiba-tiba si gadis terkejut melihat luka di kepala kekasihnya. la menanyakan sebab-sebab terjadinya luka itu. Sangkuriang menceritakan apa adanya.
“Kalau begitu kau adalah Sangkuriang anakku sendiri!” pekik gadis itu yang tak lain adalah Dayang Sumbi keturunan bidadari yang tetap awet muda. “Tidak mungkin aku menikah dengan anakku sendiri.” kata Dayang Sumbi.Sangkuriang tak percaya dan terus mendesak agar Dayang Sumbi mau jadi istrinya. Dayang Sumbi minta dibuatkan telaga dan perahu di puncak gunung. Harus selesai dalam waktu semalam. Sangkuriang menyanggupi Di bantu para jin ia mmebuat telaga. Namu Dayang Sumbi membuat muslihat, tengah malam ia membunyikan lesung hingga ayam sama berkokok.
Para penduduk ikut terbangun dan segera menumbuk padi. Para jin yang membantu Sangkuriang mengira hari sudah hampir pagi. Mereka menghentikan pekerjaannya membuat telaga yang belum selesai. Sangkuriang marah. Pemuda sakti ini menendang perahu yang dibuatnya, ketika telungkup ke bumi perahu itu berubah menjadi sebuah gunung.
Sesudah itu ia mendekat ke arah Dayang Sumbi. “Aku tak peduli, apapun yang terjadi kau harus menjadi istriku….i” “Sangkuriang sadarlah, kau adalah anakku sendiri!” pekik Dayang Sumbi sembari berlari menjauh. Sangkuriang datang mengejar. Blar ! Tiba-tiba terdengar ledakan dahsyat. Tubuh Dayang Sumbi lenyap tanpa bekas. Sangkuriang berteriak-teriak seperti orang gila.
Konon Nyi Dayang Sumbi diselamatkan oleh para dewa, bagaimanapun para dewa tidak mengijinkan seorang anak mengawini ibunya sendiri. Ia dijadikan ratu makhluk halus di laut selatan dan masyarakat mengenalnya sebagai Nyi Roro Kidul.
Sementara itu perahu yang ditendang Sangkuriang Iama-lama berubah menjadi bukit dan kemudian menjadi gunung yang besar. Gunung itu hingga sekarang dinamakan gunung Tangkuban Prahu.DemikianIah kisah asal mula Gunung Tangkuban Prahu.
CERITA RAKYAT TIMUN EMAS
Dahulu di Jawa Tengah ada seorang janda yang sudah tua. Mbok Rondo namanya. Pekerjaannya hanya mencari kayu di hutan. Sudah lama sekali Mbok Rondo ingin mempunyai seorang anak. Tapi dia hanya seorang janda miskin, lagi pula sudah tua. Mana bisa ia mendapatkan anak.
Pada suatu hari, sehabis mengumpulkan kayu di hutan, Mbok Rondo duduk beristirahatsambil mengeluh.
“Seandainya aku mempunyai anak, hidupku agak ringan sebab ada yang membantuku bekerja,”
Tiba-tiba bumi bergetar, seperti ada gempa bumi. Di depan Mbok Rondo muncul raksasa bertubuh besar dan wajahnya menyeramkan.
Mbok Rondo takut melihatnya.
“Hai, Mbok Rondo, kamu menginginkan anak, ya? Aku bisa mengabulkan keinginanmu,” kata raksasa itu dengan suara keras. “Benarkah?” tanya Mbok Rondo. Rasa takutnya mulai menghilang.
“Benar .. . tapi ada syaratnya. Kalau anakmu sudah berumur enam belas tahun, kau harus menyerahkannya kepadaku. Dia akan kujadikan santapanku” jawab raksasa itu.
Karena begitu inginnya dia punya anak maka Mbok Rondo tidak berpikir panjang lagi. Yang penting segera punya anak.”“Baiklah, aku tidak keberatan,”jawab Mbok Rondo.
Kemudian, raksasa itu memberi biji mentimun kepada Mbok Rondo. Mbok Rondo segera pulang dan menanam benih itu di halaman belakang.
Dua minggu kemudian, tanaman itu sudah berbuah.
Di antara buah mentimun yang tumbuh, ada satu buah yang sangat besar. Warnanya kekuningan. Kalau tertimpa sinar matahari, buah itu berkilau seperti emas. Mbok Rondo memetik buah yang paling besar itu.
Mbok Rondo mengambil pisau dan membelah buah itu. Lalu, ia membukanya dengan hati-hati. Astaga. Ternyata ada seorang bayi perempuan yang cantik! ‘ Mbok Rondo sangat gembira. ia menamakan bayi mungil itu Timun Emas.
Hari, bulan, dan tahun pun berganti. Timun Emas tumbuh menjadi seorang gadis jelita. Mbok Rondo sangat menyayangi Timun Emas. Pagi itu sangat cerah. Mbok Rondo dan Timun Emas bersiap pergi ke hutan untuk mencari kayu. Tiba-tiba. . . Bum, bum, bum. . . Bumi bergetar Lalu disusul suara tawa menggelegar
“Wah, celaka!” tiba-tiba Mbok Rondo teringat akan janjinya. Cepat-cepat ia menyuruh Timun Emas bersembunyi di kolong tempattidur.
“Hai, Mbok Rondo, keluarlah! Aku datang untuk menagih janji,” kata raksasaitu.
Mbok Rondo keluar menemuinya.
“Aku tahu, kedatanganmu kemari untuk mengambil Timun Emas. Berilah aku waktu dua tahun lagi. Kalau Timun Emas aku berikan sekarang, tentu kurang lezat untuk disantap.”
“Benarjuga. Baiklah, dua tahun lagi aku akan datang. Kalau bohong, kamu akan kuteian mentah-mentah,” ancam raksasa itu. Sambil tertawa, raksasa itu pergi meninggalkan rumah Mbok Rondo.
Mbok Rondo menghela napas lega. Kemudian, ia menghampiri anaknya yang masih bersembunyi di kolong tempat tidur. “Anakku keluarlah. Raksasa itu sudah pergi, ” kata Mbok Rondo. “Aku tadi mendengar percakapan ibu dengan raksasa itu. Rupanya raksasa itu menginginkan aku,” kata Timun Emas.
“Benar, anakku. Tapi, Ibu tidak rela kamu menjadi santapan raksasa itu,” kata Mbok Rondo sambil memeluk Timun Emas. Air matanya berlinang di pipi.
Dua tahun kemudian, Timun Emas sudah dewasa. Wajahnya semakin cantik. Kulitnya kuning langsat. Tapi Mbok Rondo cemasjika teringat akan janjinya kepada si raksasa.
Pada suatu malam, ketika Mbok Rondo sedang tidur, ia mendengar suara gaib dalam mimpinya. “Hai, Mbok Rondo, kalau kau ingin anakmu selamat, mintalah bantuan kepada seorang pertapa di bukit Gandul.”
Esok harinya, Mbok Rondo pergi ke Bukit Gandul. Di sana ia bertemu dengan seorang pertapa. Pertapa itu memberikan empat bungkusan kecil yang isinya biji timun, jarum, garam, dan terasi.
Mbok Rondo menerimanya dengan rasa heran. Sang pertapa menerangkan khasiat benda-benda itu.
Sesampainya di rumah, ia menceritakan perihal pemberian pertapa itu kepada TImun Emas. “Anakku, mulai saat ini kamu tidak perlu cemas. Kamu tak perlu takut kepada raksasa itu, sebab kamu sudah memiliki penangkainya. Berdoaiah selalu supaya Tuhan menyeiamatkanmu,” kata Mbok Rondo.
Ketika Mbok Rondo sedang menjahit baju untuk Timun Emas, tiba-tiba bumi berguncang pertanda raksasa datang.
“Ho… ho… ho… Mana Timun Emas! Ayo, cepat serahkan dia padaku. Aku sudah sangat lapar!” kata raksasa dengan suara menggelegar “Baiklah.Akan kubawa dia keluar,” kata Mbok Rondo.
Ia segera masuk ke rumah. Diambilnya bungkusan pemberian sang pertapa. kemudian diberikan kepada Timun Emas.
“Anakku, bawalah bekal ini. Pergilah lewat pintu belakang sebelum raksasa itu menangkapmu.”
“Baiklah, Mbok,” Timun Emas segera berlari lewat pintu belakang. “Mbok Rondo, mana Timun Emas?!” suara raksasa itu terdengar tidak sabar.
“Maafkan aku, Raksasa. Timun Emas ternyata sudah pergi. ”
“Apa kau bilang?” geram raksasa itu.
Namun berkat kesaktiannya, raksasa itu dapat melihat TImun Emas yang sedang melarikan diri. Tanpa berkata-kata lagi, si raksasa langsung mengejarTimun Emas.
“Walau lari ke ujung dunia, aku pasti dapat mengejarmu!” teriak si raksasa.
Karena terus menerus berlari, Timun Emas mulai kelelahan. Dalam keadaan terdesak, Timun Emas teringat akan bungkusan pemberian sang pertapa.
Cepat ia taburkannya biji mentimun di sekitarnya. Sungguh ajaib Mentimun itu langsung tumbuh dengan lebat Buahnya besar-besar Raksasa itu berhenti ketika melihat buah mentimun terhampar di hadapannya. Dengan rakus ia segera melahap buah yang ada, sampai tak
satu pun tersisa. “Ha… ha… ha… buah mentimun ini dapat menambah tenaga,” kata si raksasa.
Setelah kenyang, raksasa itu kembali mengejar Timun Emas. Pada saat itu juga, Timun Emas membuka bungkusan dan menaburkan jarum ke tanah. Sungguh ajaib! Jarumjarum itu berubah menjadi hutan bambu yang lebat.
Raksasa itu berusaha menembusnya. Namun tubuh dan kakinya terasa sakit karena tergores dan tertusuk bambu yang patah.
Ia pantang menyerah Dan berhasil melewati hutan bambu itu terus mengejarTimun Emas.
“Hai, Tlmun Emas, jangan harap kamu bisa lolos!” seru si raksasa sambil membungkuk untuk menangkap Timun Emas. Dengan sigap. Timun Emas melompat ke samping dan berkelit menghindar. “Oh hampir saja aku tertangkap,” Timun Emas terengah-engah. Keringat mulai membasahi tubuhnya. la ingat pada bungkusan pemberian pertapa yang tinggal dua itu. Isinya garam dan terasi.
Ia segera membuka tali pengikat bungkusan garam Garam itu ditaburkan ke arah si raksasa. Seketika butiran garam itu beruba menjadi lautan.
Raksasa itu sangat terkejut, karena tiba-tiba tubuhnya tercebur ke dalam laut. Tapi, berkat kesaktiannya, ia berhasil berenang ke tepi la kembali mengejar Timun Emas.
Merasa dipermainkan, kemarahan raksasa itu semakin memuncak “Bocah kurang ajar! Kalau tertangkap, akan kutelan kau bulat-bulat!’
Timun Emas semakin khawatir karena raksasa Itu bernas melewati lautan yang sangat luas itu. Akan tetapi, ia tidak putus asa la terus berlari meskipun sudah kelelahan. Raksasa itu terus mengejar.
Timun Emas melemparkan isi bungkusan yang terakhr Terasi itu langsung dilemparkan ke arah si raksasa. Tiba-tiba saja terbentuklah lautan lumpur yang mendidih.
Raksasa itu terkejut sekali. Dalam sekejap, tubuhnya ditelan lautan lumpur. Dengan segala upaya. ia berusaha menyelamatkan diri. Ia meronta-ronta. Tapi, usahanya sia-sia. Tubuhnya pelan-pelan tenggelam ke dasar.
“Timun Emas, tolonglah aku!” Aku berjanji tidak akan memakanmu. raksasa itu meminta belas kasihan.
Tapi lumpur panas itu menelan tubuh si raksasa. Kini Timun Emas bisa bernapas lega karena selamat dari bahaya maut.
Ia segera berjalan ke arah rumahnya. Di kejauhan nampak Mbok Rondo berlari ke arah Timun Emas kiranya wanita itu mengkhawatirkan keselamatan anaknya.
“Syukurlah anakku; ternyata Tuhan masih melindungimu.’kata Mbok Rondo setelah keduanya saling mendekat Mereka berpelukan dengan rasa haru dan bahagia.
CERITA RAKYAT KEONG MAS
Kisah ini bermula dari kerajaan Panjalu yang beribukota Daha atau Kediri. Raja Kediri mempunyai dua orang puteri. Yang pertama adalah Dewi Chandrakirana, yang kedua adalah Dewi Ajeng. Namun sayang sejak kecil ibu Chandrakirana ini meninggal dunia karena sakit. Raja kemudian kawin lagi. Dengan permaisuri barunya itu ia mempunyai puteri bernama Dewi Ajeng.
Chandrakirana adalah gadis yang cantik. Baik budi pekertinya. Perasaannya halus, dan hatinya lembut. la disukai semua orang.
Sementara itu Dewi Ajeng putri permaisuri yang baru. Wajahnya juga cantik tapi masih lebih cantik dan lembut wajah Chandrakirana. Ada bayangan watak kejam dan kaku pada diri Dewi Ajeng.
Raja Panjalu sudah merencanakan akan menjodohkan Chandrakirana dengan Raden lnu Kertapati dari kerajaan Jenggala.
Sebulan yang lalu Raden lnu Kertapati telah berkunjung ke Daha. Ia sudah melihat dan berkenalan dengan Chandrakirana. Keduanya merasa cocok, yang satu tampan dan satunya lagi benNajah cantikjelita.
Raja Daha sudah merencanakan bahwa empat puluh hari sejak perkenalan itu akan dilakukan pertunangan resmi; Raden Inu Kertapati bersama keluarga istana Jenggala akan datang melamar Chandrakirana. Waktu pertunangan itu hanya tinggal beberapa hari saja. Chandrakirana sudah mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.
“Tidak bisa! Aku tidak akan membiarkan Chandrakirana berdampingan dengan Raden Inu Kertapati,“ gumam Dewi Ajeng yang iri dan pencemburu.
Malam harinya Dewi Ajeng berunding dengan ibunya. Sang ibu menyarankan agar pergi ke nenek Gagak Ireng. Dukun wanita yang terkenal ampuh ilmu sihirnya. Demi clta-citanya bersanding dengan Raden Inu Kertapati ia rela pergijauh ke tempat nenek Gagak lreng.
Setelah mendapat bekal dari si dukunDewi Ajeng segera kembali ke istana. Tengah malam barulah ia sampai di istana dengan tubuh lesu karena perjalananjauh.
“Kita harus dapat mengusir Chandrakirana dari istana ini. Bagaimana caranya Bu?”
Permaisuri diam sejenak, kemudian tersenyum cerah. Ia ingin ingat tugas Chandrakirana yang tiap hari menghidangkan secangkirteh kepada ayahandanya. Itulah yang akan dimanfaatkan Permaisuri.
Esok hari rencana dijalankan. Sebelum Chandrakirana melakukan tugasnya. Diam-diam Permaisuri masuk ke ruang dapur. Menaruh racun di dalam gelas teh yang telah disiapkan pelayan istana untuk dibawa Chandrakirana menghadap ayahandanya. Hati sang permaisuri berdegup kencang. Karena ketika hendak keluar dari pintu dapur ia berpapasan dengan Chandrakirana.
“Oh, ibunda….mengapa harus repot-repot ke dapur?” tegur Chandrakirana.
“Tidak…tidak ada apa-apa. Aku hanya datang untuk melihat-Iihat pekerjaan para pelayan saja.”
“Terima kasih Ibunda telah ikut memperhatikan persiapan para pelayan menyambut kedatangan Raden Inu Kertapati.” kata Chandrakirana dengan polos. Gadis ini menyangka sang permaisuri bersimpati kepadanya.
Seperti biasa, Chandrakirana mengantarkan secangkir teh untuk ayahandanya. Kegiatan itu dilakukan untuk mendekatkan hubungan antara ayah dan anak. Biasanya, sambil minum teh mereka berbincangbincang seputar keluarga.
Sang Prabu meminum separo isi cangkir teh. Terasa hangat di dalam tenggorokan dan perutnya.
“Hem, teh bikinanmu memang enak anakku,”ujar sang Prabu.
“Terima kasih Rama Prabu.” sahut Chandrakirana.
Tapi sesaat kemudian sang Prabu memegangi perutnya yang terasa mual. Rasa mual itu semakin menghebat.
“Rama Prabu….!”teriak Chandra kirana.”Kenapa Rama Prabu ….. ? Ada apa kiranya?”
Tapi sang Prabu bukannya menjawab, sepasang matanya nampak mendelik, nafasnya tersenggaI-senggal. Kemudian malah muntah darah. Chandrakirana kiranya segera memeluk ayahnya yang hendak roboh.
Permaisuri menuding ke arah Chandrakirana.”Apa yang telah kau lakukan? Teganya kau hendak membunuh ayah sendiri. Kau pasti telah meracuninya.”
“Tidak! Tidak mungkin saya meracuni Rama Prabu yang sangat saya sayang”
Sang Prabu segera diangkat ke pembaringan. Tabib istana segera datang memeriksa. Wajah pakar kesehatan istana Kediri ini nampak tegang. Ia memeriksa tubuh sang Prabu dengan seksama. Beberapa saat kemudian sang Tabib bernafas lega. Walau sang Prabu belum sadarkan diri.
“Beliau terkena racun …… ”ujar sang Tabib.”Tapi rac’unnya tidak terlalu ganas. Walau demikian beliau harus istirahattotal selama beberapa hari.”
Esok harinya raja siuman. Ia betuI-betul tak menyangka puteri kandungnya sendiri bermaksud membuatnya celaka.
“Chandrakirana, apa sesungguhnya yang kau inginkan?”
“Ananda hanya menginginkan kesehatan dan kebahagiaan Rama Prabu.”jawab.
“Tapi buktinya kau telah mencoba membunuhku!”
“Bukan hamba pelakunya.”
“Hukum harus ditegakkan di kerajaan ini. Tak terkecuali terhadap anakku sendiri. Bukti dan saksi telah memberatkan tuduhan perbuatan jahatmu. Kau seharusnya dijatuhi hukuman mati. Tapi aku cukup bijak, kau harus pergi dari istana ini.”
“Rama Prabu harus menyelidiki masalah ini lebih dalam lagi. Ananda tidak bersalah.”
“Kau harus peri dari istana ini!”
Dengan berlinang air mata Chandrakirana terpaksa meninggalkan istana Kediri. Sekarang dia sendirian dan tidak memiliki siapa pun. la melangkah tanpa tujuan. Dengan derai mata la terus berjalan hingga sampai di tepi pantai.
Tanpa setahu Chandrakirana sejak tadi dari kejauhan Dewi Ajeng dan Nenek Gagak Ireng mengikutinya diam-diam.
“Nenek Gagak Ireng itu dia Chandrakirana!” bisik Dewi Ajeng.
“Ya, aku sudah tahu. Kau tunggu di sini! Biar aku sendiri yang maju menanganinya!” kata Nenek Gagak Ireng.
Nenek tua itu bergegas menghampiri Chandrakirana. Setelah cukup dekat. Nenek itu membaca mantranya. Tongkat hitam di tangannya diacungkan ke udara beberapa kali. Ia menarik napas panjang hingga perutnya membesar.
Dewi Ajeng yang berada di samping Nenek Gagak Ireng bergidik-merinding ketakutan. Saat itu Chandrakirana berada di dekat sebuah batu karang, Nenek Sihir menghembuskan udara dan perutnya dengan sekuattenaga.
“Wusss!”
“Blessss!”
Angin kuat penuh hawa sihir menerjang ke arah Chandrakirana. Tubuh Chandrakirana terpelanting ke tepi laut. Begitu menyentuh air laut tubuh Chandrakirana tiba-tiba berubah menjadi keong berwarna emas.
Dewi Ajeng menangkap keong itu . Lalu dengan sekuat tenaga Keong itu dilempar ke tengah laut.
“Terima kasih, Nenek!” kata Dewi Ajeng sembari mengeluarkan kantung uangnya. “Ini uang untuk Nenek karena telah berhasrl membantu aku.”
Chandrakirana terombang-ambing di tengah laut terbawa ombak. Gadis yang malang itu tidak bisa melakukan apa pun. kecuali berdo’a agar Dewata yang Yang Mahaagung menolong dan membawanya kembali ke darat.
Chandrakirana adalah seorang gadis yang lembut dan baik hati. Do’anya dikalbulkan. Ombak perlahan-Iahan membawanya ke dekat pantai yang tenang.
Kebetulan di tepian pantai itu ada seorang nenek tua yang mencari ikan. Nenek ini sudah bermaksud pulang. Namun ia masih menebarjala kecilnya. Kini ia dapat satu ekor ikan lagi yang agak besar. |a merasa sangat bersyukur. Ia celupkan jaring itu ke dalam air. Kini ia mengayuh sampannya untuk pulang.
Chandrakirana yang kini menjadi keong terbawa ombak hingga ke tepian. la merambat di sebuah batu hitam. Kebetulan nenek tua itU menambatkan sampannya tak jauh dari keong itu berada.
“Hem, kelihatannya keong ini lucu dan manis. Baiklah, kubawa pulang saja ke rumah. Kau akan kupelihara.” ujarsi nenek tua.
Lantas, keong emas diambilnya dan diletakkannya bersama ikan-ikan | hasil tangkapannya di dalam keranjang ikan. Keong emas kini merasa lega karena tidak lagi terombang-ambing di laut. Ia ingin mengungkapkan rasa terima kasih pada nenek itu, tapi sayang ia tidak bisa berbicara.
Tidak lama kemudian, nenek tua itu membawanya ke sebuah gubug kecil. Ikan hasil tangkapan hari itu, dia letakkan di atas tempayan, termasuk keong emas.
Keong emas diletakkan di dekat kendi air, di dalam rumahnya. Ia kemudian mencari kayu bakar untuk memasak. Tak lama kemudian ia kembali lagi untuk mengolah ikan hasil tangkapannya.
Malam hari nenek itu sudah kelelahan. la tidur dengan Ielap. Pada malam hari itulah tanpa sepengetahuannya. Keong emas berubah menjadi seorang gadis cantik-yang tak lain adalah Candrakirana.
Ternyata pengaruh sihir itu lenyap jika malam telah tiba. Esok harinya ketika bangun pagi sang nenek merasa terkejut. Sungguh, amat mengagetkan. Di atas meja makan, di dalam rumahnya telah terhidang berbagai macam makanan lezat.
Setelah sarapan pagi sang nenek pergi ke pantai mencari ikan. Siang itu nasib si nenek agak kurang baik. Ia sudah berusaha sekuat tenaganya menjaring ikan. Namun hingga menjelang sore yang didapat hanya seekor ikan.
Dengan langkah gontai ia pulang ke rumah. Kalau hanya seekor dia tidak dapat menukarnya dengan beras atau bahan makanan lainnya di pasar desa. Karena kelelahan dan kecewa ia pun segera beristirahat. Tak berapa lama kemudian ia tertidur lelap hingga pagi hari. Pagi itu ia dikejutkan lagi dengan adanya hidangan masakan lezat di atas meja.
Keong emas baru menyadari ternyata kutukan nenek sihir itu hilang di malam hari. Karena itu, selama beberapa jam, dia bisa kembali ke wujud manusianya. Dia memanfaatkan keadaan itu untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada nenek nelayan dengan memasakkan makanan untuknya.
Kejadian di meja makan ternyata tidak terjadi sekali, tetapi berkaIi-kali. Hal itu membuat nenek nelayan penasaran. Saking penasarannya, suatu hari, sehabis mencari ikan nenek nelayan pura-pura tidur.
Malam pun tiba. Perlahan-Iahan nenek memincingkan matanya. Ia mengintip apa yang terjadi di dalam rumahnya. Sungguh kaget dia dibuatnya. Dia melihat keong emas menjelma menjadi seorang putri yang cantikjelita. Buru-buru dia bangkit dari pembaringan.
“Kamu siapa?” tanya nenek nelayan.
Chandrakirana. kaget sekali tiba-tiba ditegur nenek nelayan, “Aku Chandrakirana putri Kerajaan Daha. Entah mengapa, aku tiba-tiba menjadi keong emas.”
“Lalu, kenapa kamu memasak makanan untukku?” tanya nenek nelayan.
“Aku ingin mengucapkan terima kasih karena nenek telah menyelamatkanku dari tepi laut,” ujar Chandrakirana.
“Oh, kau adalahjelmaan keong emas yang kutemukan di pantai?”
“Benar nenek, tolong biarkan aku tetap berada di rumah ini bersama nenek.”
“Tidak mengapa? Kau boleh tinggal di tempat ini. Aku akan menganggapmu sebagai anakku sendiri.”
“Terima kasih nenek yang baik.”
Demikianlah, jika siang hari Chandrakirana berubah menjadi keong emas. Jika malam tiba ia kembali menjadi seorang gadis cantik.
Jangan kuatir anakku,” kata si nenek.”Aku yakin kau adalah orang baik. Mari kita bersama-sama tiada hentinya memohon kepada Tuhan agar kau dipulihkan seperti sedia kala.”
“Terima kasih nenek.”
Sejak saat itu, Chandrakirana tinggal bersama nenek yang bernama Mbok Rondo Dadapan. Setiap malam tiba si nenek berdo’a kepada Tuhan agar Chandrakirana dipulihkan seperti sedia kala.
Sementara itu di tempat lain. Di sebuah desa yang jauh dari keramaian kota. Ada seorang pemuda berwajah tampan sedang berkelana.
“Oh Dinda Chandrakirana… .di manakah engkau gerangan berada?” Pemuda itu tak lain adalah Raden Inu Kertapati. Ia telah mengembara ke berbagai desa untuk mencari Chandrakirana yang telah hilang dari istana.
Suatu hari ia bertemu dengan seorang kakektua di pinggirjalan.
“Anak muda saya sudah tiga hari belum makan,” rintih kakektua itu. Reden Panji mendekat lalu memapah kakek itu untuk berteduh di bawah pohon jambu. Dia memetik beberapa buah jambu yang masak untuk si kakek.
“Terimakasih nak kamu baik sekali !” kata si kakek.
“Sebenarnya kamu mau kemana ?”
Raden lnu Kertapati menjawab “Saya mencari putri Chandrakirana yang diusir dari kerajaan Kediri.”
Kakek itu bergumam lalu menunjukkan padanya jalan menuju tempat Sang Putri Raden lnu Kertapati kemudian meneruskan perjalanannya mengikuti jalan yang telah ditunjukkan kakek tadi. Dia menanyai orang-orang di setiap desa yang ia lewati tentang Putri Chandrakirana.
akhirnya tiba di sebuah desa di pinggir pantai. Karena sudah beberapa hari tidak makan dan minum ia merasa sangat haus. Ia meminta minum kepada salah seorang penduduk. Penduduk tersebut kebetulan adalah Mbok Rondo Dadapan.
“Maaaf nek, bolehkah saya meminta seteguk air?” tanya Raden lnu Kertapati dengan sopan.
“Oh, boleh… .sebentar nenek ambilkan! ”jawab nenek itu.
Nenek itu masuk ke dalam rumah. Raden Inu Kertapati masih diluar rumah
Raden lnu Kertapati mencium bau makanan yang sedap sekali “Mungkin nenek sedang memasak. ” pikir Raden lnu Kertapati.
Ketika nenek kembali membawa kendi berisi air, Raden lnu Kertapati bertanya“ Nenek masakapa?”
“O…Bukan Nenek kok yang masak.”jawab nenek itu Nenek yang tak lain Mbok Rondo Dadapan pun menjelaskan panjang lebar mengenai Chandrakirana yang dikutuk menjadi Keong Emas dan ditemukannya di tepi laut “Jadi yang masak di dapur itu Chandrakirana?” Raden Inu Kertapati senang sekali Tolong Nek pertemukan kami berdua!”
Nenek Dadapan lalu memanggil Putri Chandrakirana.
“Pangeran lnu Kertapati !” Putri Chandrakirana berteriak kegirangan bertemu dengan kekasihnya yang sedang menyamar menjadi rakyat biasa itu. Hari itu juga, Pangeran Inu mengajak Putri Chandrakirana bersama nenek Dadapan pulang ke Istana.
Ketika Pangeran Inu dan Putri Candra Kiran telah tiba di kerajaan Kediri, Dewi Ajeng sangat kaget. Segera ia menemui nenek sihir. Nenek sihir mengatakan bahwa sihirnya akan hilang bila’ Chandrakirana telah bertemu Pangeran Inu.
Dewi Ajeng sangat marah , dia membentak”Kenapa kau tidak bilang dari dulu!”.
“Memangnya kau mau apa?” si nenek sihir balik menantang Dewi Ajeng. “Mau kusihirjadi cacing?”
“Tidak! Jangan nek!” rintih DewiAjeng.
“Kau harus tahu dan merasakan seperti apa jika dirimu berubah menjadi keong!”
“Jangan nek! Jangan!”
Namun terlambat, nenek gagak ireng yang sudah marah telah menyihirnya menjadi keong. Hanya saja warnanya bukan emas, keong berwarna hitam. Jadilah DewiAjeng keong berwarna hitam.
Selang sehari setelah peristiwa itu Raden Inu Kertapati dan Chandrakirana melangsungkan pertungan. Dan tak lama kemudian mereka melangsungkan pernikahan dan hidup berbahagia.
CERITA RAKYAT BATU MENANGIS
Dahulu. di sebuah bukit yang jauh dari desa, di daerah Kalimantan hiduplah seorang janda miskin dan seorang anak gadisnya. Janda itu bemama Mak Dasah dan anak gadisnya bernama Jelita. Mereka tinggal di sebuah rumah kecil sederhana. Rumah itu adalah peninggalan suami Mak ‘ Dasah yang meninggal dunia sejak Jelita berumur satu tahun.
Ia disebut jelita karena memang wajahnya cantik sekali. Jelita menjadi anak kesayangan ibunya. Demi cinta kasihnya pada sang anak Mak Dasah walau sudah agak tua tapi rela bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pekerjaan Mak Dasah mencari kayu bakar di hutan kemudian dijual ke perkampungan. iajuga merawat belasan pohon pisang bekas peninggalan suaminya. Namun pohon pisang itu tidak berbuah setiap saat. Jika pohon pisang berbuah ia akan menjualnya ke perkampungan penduduk yang jaraknya puluhan kilo meter dari tempat tinggalnya.
Semakin hari Si Jelita semakin bertambah dewasa. Sementara si janda bertambah tua. Tapi sayang sekali …… si Jelita yang sangat dikasihi oleh ibunya itu berkelakuan buruk. Pohon pisang yang jumlahnya enam belas batang tak pernah ditengoknya.
Angin yang membawa debu dan daun-daun kering ke dalam rumahnya ia biarkan saja Jangankan halaman rumah, dinding dan lantai kamarnya sendiri ia tak mau membersihkannya. Ia selalu menunggu ibunya turun tangan. Gadis itu memang amat pemalas, tak pernah membantu ibunya melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah. Kerjanya hanya bersolek setiap hari.
Selain pemalas, anak gadis itu sikapnya manja sekali. Segala permintaannya harus dituruti. Setiap kali ia meminta sesuatu kepada ibunya harus dikabulkan, tanpa memperdulikan keadaan ibunya yang miskin, setiap hari harus membanting tulang mencari sesuap nasi.
Pada suatu hari Jelita berkata kepada ibunya.
“Mak hari ini engkau harus belikan aku baju yang baru dan indah.”
“Lho? Bajumu kan Sudah banyak, masih banyak yang baru juga?”
“Alaaaah, jangan banyak cakap, bajuku memang banyak tapi sudah ketinggalan jaman, aku ingin model yang baru!”
“Tapi nak, ibu tidak punya uang yang cukup untuk membelikanmu baju baru lagi. Bukankah sebulan yang lalu sudah kubelikan baju yang cukup mahal?”
“Kalau Mak sayang turuti kemauanku…!”
Tak bisa tidak Mak Dasah akhirnya mengambil semua simpanan Uangnya dan esok harinya mereka berangkat ke pasar yang jaraknya sangat jauh dari rumah mereka. Sebenarnya uang simpanan itu digunakan untuk keperluan-keperluan yang mendesak, seperti ketika Jelita sakit dan lain-lain.
Letak pasar desa amat jauh, sehingga mereka harus berjalan kaki yang cukup melelahkan. Anak gadis itu berjalan melenggang dengan memakai pakaian yang bagus, dan bersolek agar orang di jalan yang melihatnya nanti akan mengagumi kecantikannya. Sementara ibunya berjalan di belakang sambil membawa keranjang dengan pakaian yang sangat dekil. Karena mereka hidup di tempat yang terpencil tak seorangpun mengetahui bahwa kedua perempuan yang berjalan itu adalah ibu dan anak
Ketika mereka mulai memasuki desa, orang-orang desa memandangi mereka. Mereka begitu terpesona melihat kecantikan anak gadis itu terutama para pemuda desa yang tak puas-puasnya memandang wajah gadis itu Namun ketika melihat orang yang berjalan di belakang anak gadis itu, sungguh kontras keadaannya. Hal itu membuat orang bertanya tanya.
Aneh sekali ….. si gadis wajah sangat cantik, dan pakaiannya luar biasa indahnya, tapi wanita di belakangnya berpakaian kumal dan bertambal-tambalan.
“Iya, mengapa wanita itu berjalan di belakang si gadis? Padahal wajahnya mirip sekali dengan si gadis, tidak mungkin wanita tua itu pembantunya …… ”
“Kawan…jangan berburuk sangaka, siapa tahu wanita itu memang pembantu yang mengawal si gadis.”
Di antara orang yang melihatnya itu, seorang pemuda mendekati dan bertanya kepada gadis itu. “Hai, gadis cantik. Apakah yang berjalan di belakang itu ibumu ?”
Namun, apajawaban anak gadis itu ?
“Bukan,” katanya dengan angkuh. “Ia adalah pembantuku !”
Kedua ibu dan anak itu kemudian meneruskan perjalanan. Tak sebera pajauh, mendekat lagi seorang pemuda dan bertanya kepada anak gadisitu.
“Hai, gadis manis, siapa namamu?”
“Oh, abang.. .namu Jelita…
“Hem, cocok benar dengan orangnya.”
“Kenapa bang?”
“Wajahmu juga cantik jelita…!”
“Apakah yang berjalan di belakangmu itu ibumu ?”
“Bukan, bukan,””jawab gadis itu dengan mendongakkan kepalanya. “Ia adalah budakku !”
Begitulah setiap gadis itu bertemu dengan seseorang di sepanjang jalan yang menanyakan perihal ibunya, selalu jawabannya itu.la malu mengakui Mak Dasah sebagai ibunya.
ibunya diperlakukan sebagai pembantu atau budaknya.
Pada mulanya mendengar jawaban putrinya yang durhaka jika ditanya orang, si ibu masih dapat menahan diri. Ketika berjalan di tempat yang sepi Mak Dasah bertanya kepada anaknya.
“Anakku mengapa kau menyebutku sebagai pembantumu?”
“Ibu….! Tenang saja, ini hanya sekedar berpura-pura, aku tidak bersungguh mengangagap ibu sebagai pembantuku. ”
“Tapi sudah tiga kali ini kau menyebutku sebagai budak, aku tak ingin kau melakukannya lagi.”
“Ah, Emak ….. ini kan hanya pura-pura!”
Mereka meneruskan perjalanan. Hingga suatu ketika ada seorang muda yang sangat tampan datang mendekati si Jelita.
“Hai, cantik, siapa namamu?”
“Namaku Jelita….!”
“Serasi benar nama dan wajahmu, cantik jelita…!”
“Apakah yang berjalan di belakangmu itu ibumu ?”
“Bukan, bukan,” jawab gadis itu dengan mendongakkan kepalanya. “Ia adalah budakku !”
Mak Dasah masih bisa menahan diri. Ia mencoba memperingatkan anaknya lagi. Namun tak berapa lama kemudian mereka bertemu lagi dengan seorang pemuda tampan. Jelita kembali menyebut ibunya sebagai pembantunya. Sesungguhnya ia malu mengakui Mak Dasah sebagai ibunya. Kini sang ibu tak bisa bersabar lagi.
“Jelita anakku, kau sungguh kelewat batas, kau durhaka berkali-kali menyebutku sebagai budakmu. Padahal aku yang merawat dan membesarkanmu sejak kecil. Teganya kau berbuat seperti itu!”
“Emak….kenapa Emak marah….percayalah ini hanya sekedar sandiwara. Nanti setelah pulang dari pasar Emak beli baju yang baru dan indah. Jika bertemu dengan pemuda tampan maka aku akan mengakui Emak sebagai ibuku.”
“Tidak kau terlalu menyakitkan hatiku, bagaimanapun keadaan Emak seharusnya kau mau mengakuiku sebagai ibumu.”
“Nanti Mak, kalau sudah beli baju baru!”
Sang ibu tak bisa menahan diri lagi. Ia tak mau berdebat lagi dengan anaknya ia berdo’a kepada tuhan.
“Ya, Tuhan, hamba tak kuat menahan hinaan ini. Anak kandung hamba begitu teganya memperlakukan diri hamba sedemikian rupa. Ya, Tuhan hukumlah anak durhaka ini ! Hukumlah dia …… “
Atas kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, perlahan-lahan tubuh gadis durhaka itu berubah menjadi batu. Perubahan itu dimulai dari kaki. Ketika perubahan itu telah mencapai setengah badan, anak gadis itu menangis memohon ampun kepada ibunya.
“Oh, Ibu. Ibu. ampunilah saya, ampunilah kedurhakaan anakmu selama ini. Ibu ….. ibu …… ampunilah anakmu ….. “ Anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon kepada ibunya. Akan tetapi, semuanya telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu akhirnya berubah menjadi batu. Sekalipun menjadi batu, namun orang dapat melihat bahwa kedua matanya masih menitikkan air mata, seperti sedang menangis. Oleh karena itu, batu yang berasal dari gadis yang mendapat kutukan ibunya itu disebut “Batu Menangis”.
Demikianlah cerita yang berbentuk legenda ini, yang oleh masyarakat setempat dipercayai bahwa kisah itu benar-benar pernah terjadi. Barang siapa yang mendurhakai ibu kandung yang telah melahirkan dan membesarkannya, pasti perbuatan laknatnya itu akan mendapat hukuman dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
CERITA RAKYAT DANAU LIPAN
Danau Lipan adalah sebuah tempat di daerah Kecamatan Muara Kaman yang terletak di Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur. Danau Lipan ini adalah sebuah tempat padang luas yang ditumbuhi semak dan perdu, tidak ada airnya. Lalu kenapa disebut danau lipan?
Dahulu, daerah Muara Kaman berupa lautan. Tepi lautnya terletak di Berubus. Pada waktu itu terdapat sebuah kerajaan yang pelabuhannya disinggahi kapaI-kapal dari dalam dan luar negeri. Tidak hanya pelabuhannya yang terkenal terapi putri cantik dari kerajaan itu juga sangat terkenal ke segala penjuru. Putri Aji Berdarah Putih, itulah namanya.
Diceritakan bahwa nama tersebut diberikan ketika sang putri sedang menyirih lalu meminum air sepahannya yang berwarna merah. Nampak terlihat air mengalir dari kerongkongannya. Ini karena halus dan putihnya kulit sang putri. Ia adalah gadis yang cantik jelita, tiada bandingnya di dunia ini, sehingga namanya tersohor hingga ke negeri Cina.
Mendengar kecantikan Putri Aji Berdarah Putih, Raja Cina membawa pasukannya pergi ke Berubus. Dengan membawa kapal besar mereka hendak melamar sang putri.
Mendengar rencana kedatangan raja dari Cina Putri Aji Berdarah Putih mempersiapkan pesta penyambutan. Pada suatu hari. tibalah Raja Cina di kerajaan Putri Aji. Mereka disambut dengan meriah. Banyak makanan dan minuman yang disajikan. Juga dilengkapi dengan tari-tarian yang menarik hati.
Putri Aji Berdarah Putih yang sudah mengetahui maksud kedatangan Raja Cina menyambutnya dengan hangat. Tapi, tidak pernah diduga oleh Sang Putri sebelumnya, kelakuan Raja Cina bagai seekor binatang yang dengan rakus memakan hidangan langsung dari wadah tanpa menggunakan tangan.
“Huh! Jorok benar kelakuan Raja Cina ini. Sungguh tak tahu sopan santun, menyesal aku telah menyambutnya dengan meriah.” gumam sang Putri dengan jijik.
Selesai makan minum dengan liar Raja Cina melamar Putri Aji. “Hai Putri nan cantik jelita, maukah kau jadi permaisuriku?” kata Raja Cina.
Dengan tegas Putri Aji menjawab, “Aku tidak sudi menjadi permaisuri dari raja yang jorok dan tidak tahu sopan santun. “
Jawaban Putri Aji membuat Raja Cina murka. Ia kembali ke negerinya. Tapi, kemarahannya tidak sampai di situ. Ia menyiapkan pasukannya untuk menyerang kerajaan Putri Aji.
Beribu-ribu pasukan Cina datang ke kerajaan Putri Aji. Pertempuran Sengit tidak terelakkan. Putri Aji juga tidak mau kalah dari Raja Cina. ia pun mempersiapkan pasukannya gagah berani untuk membendung serangan dari pasukan Raja Cina, Banyak para prajurit dari kedua belah pihak yang gugur. Meskipun demikian, Raja Cina selalu menambah pasukannya untuk menyerang pasukan kerajam PutriAji.
Melihat banyak prajurimya yang gugur, Putri Aji menjadi cemas. jika peperangan terus dilanjutkan prajuritnya tidak akan mampu membendung serangan pasukan Cina.
Putri Aji mulai mencari cara untuk mengalahkan Raja Cina. Ia pun menggunakan kesaktiannya untuk mengalahkan lawan. Diambilnya sirih dari wadahnya, laiu dikunyahlah sirih tersebut sambil mulutnya sibuk berkomat-kamit mengucapkan mantra. Setelah itu, sepaIi-sepah sirih Itu disemburkan ke segala arah oleh Putri Aji dan berubah menjadi lipan yang ganas. Jumlah lipan itu sangat banyak, bahkan mencapaijutaan.
Lipan-iipan itu membentuk barisan berani mati yang siap menyerang para prajurit Raja Cina. Prajurit Putri Aji sangat terbantu dengan adanya lipan-lipan tersebut. Melihat rombongan lipan ganas dan siap menyerang, mereka lari kocar-kacir meninggalkan wilayah kerajaan.
Tapi Lipan-iipan itu tidak berhenti begitu saja, mereka mengejar sampai ke laut tempat para prajurit Cina menyelamatkan diri di kapalnya yang besar. Serbuan lipan Membuat kapal mereka yang besar tenggelam di laut. Binasaiah semua prajurit Cina. Semakin lama tempat tenggelamnya kapal Raja Cina berubah menjadi padang yang sangat luas, ditumbuhi denga semak dan menyatu dengan laut. Tempat itu kemudian disebut Danau Lipan.
CERITA RAKYAT RAJA YANG BAIK HATI
Pada zaman dahulu, ada seorangjanda. Ia hidup dengan anaknya yang masih kecil. Mereka berdua hidup sangat sederhana di sebuah gubuk tua.Tempat tinggal mereka tidakjauh dari istana kerajaan. Walau berupa gubuk tua tapi gubuk itu nampak terawat bersih , bahan-bahan kayunya pun terbuat dari kayu pilihan.
Maka tak heran gubuk tua itu aman-aman berdekatan dengan istana kerajaan? Gubuk itu dianggap barang antik yang perlu dilestarikan. Lagi pula hanya dihuni seorang janda dan anaknya yang masih kecil. Setiap sebulan sekali pihak istana mengirim bahan makanan untuk menyumbang kelangsungan hidup sijanda dan anaknya. Kerajaan itu dipimpin oleh seorang raja yang baik hati, arif, dan bijaksana. Sang Raja sangat dekat dengan rakyatnya. Ia mau bergaul dengan semua kalangan. Baik dari bangsawan maupun rakyatjelata. Dari kaum tua sampai anak kecil sekalipun.
Karena sikapnya yang baik hati maka rakyat sangat menyayangi rajanya. Setiap sore, banyak anak kecil yang bermain di halaman istana. Begitu juga halnya dengan anak janda tersebut. Karena miskin maka mainan anak itu pun hanya seekor nyamuk yang diikat dengan benang. Kemana pun anak itu pergi, nyamuk itu selalu dibawanya.
Pada suatu hari, karena terlalu asyik bermain di halaman istana. anak janda miskin itu baru menyadari jika hari sudah hampir gelap. Karena takut dimarahi oleh ibunya, anak itu ingin bergegas pulang. Sebelum ia kembali ke gubuknya, ia sempat menemui sang raja.
“Baginda yang baik, hamba harus segera pulang Sebab, jika hamba telat sampai rumah, ibu hamba pasti akan marah. Bolehkah hamba menitipkan nyamuk ini di istana? Besok hamba akan bermain ke sini lagi, “ pinta anak itu dengan wajah memelas.
“Boleh saja nak. Kau bisa ikatkan nyamukmu di tiang depan istana,” kata sang raja.
Esok harinya anak itu kembali ke istana untuk bermain di halaman bersama teman-temannya. Namun, nyamuk kesayangannya sudah tidak adalah
Ia melihat ke samping, ternyata ada seekor ayam Jantan di dekat tiang tersebut. Ia pun berpikir ayam jantan itu yang telah memakan nyamuk kesayangannya.
Anak itu segera menemui sang Raja. “Baginda. nyamuk tiba-tiba hilang. Sepertinya dimakan ayam jantan milik Baginda “Kalau begitu, kamu ambil saja ayam jantan itu sebagai ganti nyamuk yang dimakannya,” kata raja yang baik hati itu.
“Terima kasih Baginda,”jawab anak itu
Anak itu kembali bermain bersama teman-temannya. Kemana pun ia Pergi, ayam itu selalu dibawanya. Ayam jantan itu juga diikatnya dengan tali. Ketika ia sedang asyik bermain, ayam jantan itu terlepas.
Anak itu kemudian mencari-cari ayam jantan miliknya. Ternyata ayam itu pergi ke tempat Ibu-ibu yang sedang menumbuk padi dengan lesung. Karena lapar, ayam itu berusaha mematuk bulir-bulir padi yang berada di lubang lesung. Meskipun sudah dihalau berkaIi-kali, tapi tetap saja ayam itu naik ke lubang lesung Karena kesal seorang ibu memukulkan lesungnya ke arah ayam tersebut hingga ayam itu jatuh menggelepar-gelepar ke tanah dan mati.
Melihat ayamnya mati, anak itu sangat sedih lalu berlari menemui sang Raja. Raja berkata,” Sudah, kau jangan menangis lagi. Sekarang, kau ambilah lesung itu sebagai ganti ayam jantanmu yang telah mati,”
Betapa bahagianya hati anak itu. ia berniat. lesung itu nantinya akan diberikan kepada ibunya. Karena hari sudah sore, ia menitipkan lesung tersebut kepada raja.
“Sandarkanlah lesung itu di bawah pohon yang terdapat di halaman istana,” ucap raja.
Anak itu menuruti perintah sang raja. Ia menyandarkan lesungnya di bawah pohon.
Keesokan hari, anak itu kembah ke halaman istana untuk bermain. Ketika selesai bermain dan akan kembali ke gubuknya, ia teringat lesung miliknya. Anak itu pun pergi mengambil lesung miliknya. Tapi, betapa kagetnya ia melihat kondisi lesungnya sudah tidak seperti waktu ia tinggalkan kemarin. Lesung itu telah patah. Ternyata, di sebelah lesung tersebut terdapat buah nangka yang sangat besar. Anak itu kembali melapor kepada raja.
“Baginda, lesung hamba telah patah tertimpa buah nangka,” keluhnya kepada sang Raja.
Sambil tersenyum sang Raja berkata,“Kalau begitu kamu ambil nangka itu sebagai pengganti lesungmu yang patah.”
“Terima kasih Baginda. Tapi, hari sudah mulai malam , hamba tidak bisa membawa nangka yang besar itu sampai ke rumah. Bolehkah hamba menitipkan nangka itu di istana. Besok hamba akan mengambilnya bersama teman-teman.”
Raja bijak berkata,”Kalau begitu. Letakkan saja nangka itu di samping pintu dapur istana.”
Nangka itupun diletakkan di dapur istana. Nangka yang matangg itu mengeluarkan bau yang sangat menggoda. Setelah anak itu pergi putri raja yang sebaya dengan anak itu mencium bau harum dan nangka
“Mmm… baunya sangat enak. Wah, aku sangat ingin memakan nangka itu. Tapi, di mana nangka itu berada? Mungkin bibi meletakkannya d da; ur
sengaja menyimpannya untukku, “ gumam putri raja
Sang putri pergi menuju dapur mencari nangka yang berbaau harum la terus mencari nangka itu, akhirnya, ia melihat sebuah nangka yan sangat besar dan ranum berada di samping pintu dapur.
“lni dia nangka yang aku cari-cari,” ujar sang putri dengan mata berbinar-binar.
Ia pun menyuruh pembantu istana untuk memecah nangka tersebut Setelah nangka dipecah , putri raja memakannya sampai puas la tidak mengetahui bahwa nangka tersebut ada pemiliknya.
Seperti biasa esok hari anak itu bermain ke halaman istana hari itu ia akan mengambil nangka bersama teman-temannya. Tapi nangka itu ternyata sudah tidak di tempatnya. Kemudian, ia melihat ke arah tempat sampah milik istana. Ternyata banyak biii-biji nangka berikut kulitnya berada di tempat sampah itu. Hati anak itu kembali kecewa. Nangka miliknya sudah dimakan orang lain.
Anak itu menghadap sang Raja. Sang Raja dengan arif bijaksana berkata,”Sudahlah kau jangan bersedih, karena nangka itu dimakan oleh puteriku maka puteriku akan kuberikan kepadamu.”
Si anak tidak mengerti perkataan sang raja karena masih terlalu kecil. Namun, ketika anak itu sudah beranjak dewasa dan menjadi pemuda tampan, sedangkan putri raja sudah menjadi gadis yang cantik, raja menikahkan keduanya. Mereka hidup berbahagia, sang ibu juga diboyong ke istana.
CERITA RAKYAT DANAU BATUR
Kebo Iwa adalah seorang rakasasa yang bertubuh besar. Tubuhnya gendut dan doyan makan. Makin hari tubuhnya bertambah besar. Makanannya banyak sekali. Ia suka membantu penduduk desa membuat rumah. megangkat batu besar dan membuat sumur. Ia tidak minta imbaian apa-apa. hanya saja penduduk desa harus menyediakan makanan yang cukup untuknya.
Jika sampai dua hari Kebo Iwa tidak makan maka ia akan marah. Jika marah ia akan mengamuk dan merusak apa saja yang ada di depannya. Tak peduli rumah atau pura akan dirusaknya. Kebun dan sawah juga dirusaknya.
Karena tubuhnya sangat besar, makannya pun sangat banyak. Porsi makan Kebo Iwa sama seperti menyiapkan makanan seratus orang. Wa au penduduk desa sudah tidak membutuhkan tenaganya, mereka harus tetap menyediakan makanan untuk Kebo Iwa. Karena jika Kebo iwa lapar ia akan marah dan menghancurkan apa saja.
Hingga tiibaIah musim kemarau. Semua lumbung padi milik penduduk mu ai kosong. Beras dan bahan makanan lain mulai sulit diperoleh. Setelah sekian lama. hujan tidak kunjung datang. Penduduk mulai khawatir keadaan Kebo Iwa. Sebab, jika ia lapar pasti akan mengamuk.
Benar saja kekhawatiran penduduk. Suatu hari Kebo Iwa merasa lapar. tapi makanan belum siap karena persediaan penduduk desa sudah habis. Jangankan untuk Kebo Iwa, untuk mereka makan sendiri saja sudah tidak ada.
Kebo iwa pun marah dan mengamuk. Ia menghancurkan rumah mmah milik penduduk.Pura sebagai tempat ibadah juga tidak luput dari amukan Kebo Iwa.
Penduduk melarikan diri ke desa tetangga. Tapi Kebo Iwa terus mengejar sambil berteriakteriak,”Mana makanan untukku! Atau kalian lebih suka kuhancurkan !”
Kebo Iwa semakin ganas. Ia tidak hanya menghancurkan bangunan, tetapi juga memakan hewan-hewan ternak milik penduduk. Para penduduk punjuga menjadi korban keganasan Kebo Iwa.
Melihat kerusakan yang ditimbulkan Kebo Iwa maka penduduk menjadi kesal dan marah. Mereka mengatur siasat untuk membunuh Kebo Iwa. Mereka mengajak berdamai Kebo Iwa. Dengan segala macam cara akhirnya mereka bisa mengumpulkan makanan yang banyak lalu mendekati Kebo Iwa.
Pada saat itu Kebo Iwa baru saja menyantap seekor kerbau. Ia kekenyangan dan berbaring di atas rumput.
“Hai Kebo iwa.….!” tegurKepala Desa.
“Ada apa? Mau apa kalian mendekatiku?” tanya Kebo Iwa dengan curiga.
“Sebenarnya kami masih membutuhkan tenagamu. Rumah-rumah dan Dura banyak yang kau hancurkan. Bagaimana kalau kau membantu kami membangunnya kembali. Kami akan menyediakan makanan yang banyak untukmu sehingga kau tak kelaparan lagi.” kata Kepala Desa.
“Makanan…? Kalian akan menyediakan makanan yang enak untukku?” mata Kebo Iwa berbinar mendengar kata makanan.
“Aku setuju…aku akan membantu kalian?”
“Tapi kau juga harus membantu kami membuatkan sumur besar , karena kebutuhan air penduduk semakin meningkat.”
“Tidak masalah, aku akan buatkan untuk kalian!”
Kebo lwa senang tidak curiga sedikit pun. Keesokan harinya , Kebo lwa mulai bekerja. Dengan waktu yang terhitung singkat, beberapa rumah selesai dikerjakan oleh Kebo lwa. Sementara itu, para warga sibuk mengumpulkan batu kapur dalam jumlah besarm Kebo lwa merasa bingung mengapa para warga sangat banyak mengumpulkan batu kapur. Padahal kebutuhan batu kapur untuk rumah dan pura sudah cukup.
“Mengapa kalian mengumpulkan batu kapur begitu banyak? “ tanya Kebolwa.
“Ketahuilah Kebo Iwa. Setelah kamu selesai membuat rumah dan pura milik kami, kami akan membuatkanmu rumah yang besar dan sangat indah, “ kata Kepala Desa.
Kebo lwa sangat senang mendengarnya. Tidak ada kecurigaan sedikit pun darinya. ia semakin semangat membantu warga. Hanya dalam beberapa hari, rumah-rumah dan pura milik penduduk selesai dikerjakanPekerjaannya hanya tinggal menggali sumur besar. Pekerjaan ini memakan waktu cukup lama dan memerlukan lebih banyak tenaga. Kebo lwa menggunakan kedua tangannya yang besar dan kuat untuk menggali tanah sampai dalarn.
Semakin hari lubang yang dibuatnya semakin dalam. Tubuh Kebo lwa pun semakin turun ke bawah. Tumpukan tanah bekas galianyang berada di mulut lubang pun semakin menggunung. Karena kelelahan, Kebo Iwa berhenti untuk istirahat dan makan. la makan sangat banyak. Karena kelelahan setelah makan ia mengantuk, ia pun tertidur dengan mengeluarkan suara dengkuran yang sangat keras.
Suara dengkuran Kebo lwa terdengar oleh para penduduk yang sedang berada di atas sumur. Akhirnya, para penduduk segera berkumpul di tempat lubang sumur tersebut. Mereka melihat Kebo lwa sedang tertidur pulas di dalamnya. Pada saat itulah Kepala Desa memimpin warganya untuk melemparkan batu kapur yang sudah mereka siapkan sebelumnya ke dalam sumur. Karena tertidur lelap, Kebo lwa belum tidak menyadari dirinya dalam bahaya.
Ketika air di dalam sumur yang bercampur kapur sudah mulai meluap dan menyumbat hidung Kebo Iwa, barulah raksasa itu tersadar. Namun, lemparan batu kapur dari para warga semakin banyak. Kebo lwa tidak dapat berbuat apa-apa. Meskipun memiliki badan sangat besar dan tenaga yang sangat kuat, ia tidak mampu melarikan diri dari tumpukan kapur dan air sumur yang kemudian menguburnya hidup-hidup.
Kebo lwa menggelepar-gelepar selama bebarapa saat, gerakannya menimbulkan gempa sesaat tapi kemudian reda dan diam. Kiranya Kebo Iwa telah tewas terkubur didalam sumur.
Sementara itu air sumur semakin lama semakin meluap. Air sumur itu membanjiri desa dan membentuk danau. Danau itu kini dikenal dengan nama Danau Batur. Sedangkan timbunan tanah yang cukup tinggi membentuk bukit menjadi sebuah gunung dan disebut Gunung Batur
CERITA RAKYAT BATU GOLOG
Pada zaman dahulu , di daerah Padamara dekat Sungai Sawing, Nusa Tenggara Barat, hiduplah sepasang suami istri yang miskin. Si Istri bernama inaq lembain, sedangkan suaminya bernama Amaq Lembain. Setiap hari mereka pergi ke rumah-rumah penduduk untuk mencari pekerjaan. Jika di desanya sudah tidak ada penduduk yang memakai tenaganya mereka pergi dari satu desa ke desa lainnya sambil membawa kedua anak mereka.
Pada suatu han“ mereka tiba di sebuah rumah penduduk yang tampak sibuk menumbuk padi. |naq Lembain menghampirinya. “Bu…bolehkah saya ikut bekerja membantu menumbuk padi…?”
“Boleh. kebetulan yang kami tumbuk cukup banyak, kau bisa membantu kami?
“Terima kasih Bu…” kata Inaq Lembain dengan hati senang.
Ketika menumbuk padi. kedua anak Inaq Lembain diletakkan di sebuah batu ceper yang tidak jauh dari tempat ia menumbuk padi. Batu itu bernama batu golog.
“Kalian tunggu di sini. jangan nakal ibu sedang bekerja agar nanti kita dapat upah untuk makan.” pesan inaq Lembain.
Kemudian. inaq Lembain bekerja menumbuk padi. Tidak berapa lama, kedua anaknya berteriak-teriak memangilnya.
“Ibu ibu !”teriak kedua anak inaq Lembain. _ Si ibu menganggap anak-anaknya hanya iseng memanggilnya. Tanpa menoleh ia meneruskan pekerjaannya.
“lbuuu…! ibuuuuu!“
“Tunggulah kalian di situ sebentar! ibu bekerja,”ucap inaq Lembain tanpa menghiraukan teriakan kedua anaknya.
Sebenarnya anak-anak itu tidak sedang merajuk. Batu yang mereka duduki tiba-tiba bergerak naik ke atas. Kedua anak itu ketakutan sehingga memanggil-manggil ibunya.
Karena dipikirnya sang anak sedang bercanda. inaq Lembain tidak meiihat batu semakin lama semakin tinggi. Tingginya melebihi pohon kelapa. Kedua anak itu berteriak-teriak ketakutan.
“Ibu… ibu… tolong!”jeritan anaknya dari ketinggian.
” Tunggu. ibu sedang bekerja,” ucap inaq Lembain.
Tanpa disadari. teriakan anak-anaknya terdengar semakin sayup. Sekali lagi ia tidak menggubris teriakan sang anak. Semakin lama. ia tidak mendengar suara teriakan anak-anaknya. la berpikir sang anak pasti sudah lelap tertidur.
Sementara Batu golog itu semakin lama semakin tinggi. Kedua anak Inaq Lembain sudah terbawa oleh batu golog sampai menembus ke awan. Betapa terkejutnya inaq Lembain melihat kedua anaknya sudah tidak terlihat lagi.
inaq Lembain sangat bingung untuk menyelamatkan kedua anaknya. Ia menangis dan memohon kepada Dewata untuk bisa mengambil anaknya yang berada di atas awan. Doa inaq Lembain pun terkabul. Ia diberi kekuatan gaib oleh Dewata. Dengan sabuknya, ia dapat memenggal batu golog cukup sekali tebasan saja. Batu golog itu terpenggal menjadi tiga bagian. Bagian-bagian batu golog yang terpenggal tersebut terlempar sangatjauh.
Bagian yang pertama jatuh di suatu tempat sehinga menyebabkan tanah bergetar. Tempat jatuhnya batu itu menjadi sebuah desa yang kemudian bernama Desa Gembong. Bagian yang kedua jatuh di suatu tempat yang kemudian tempat itu diberi nama Dasan Batu. Nama ini diberikan karena ada seseorang yang melihat batu tersebut jatuh. Sedangkan, bagian ketiga batu golog jatuh di suatu tempat dan diberi nama Montong Teker. Nama ini diberikan karena bagian terakhir dari batu golog yang terjatuh ini menimbulkan suara gemuruh.
Batugolog memang sudah terpecah menjadi tiga bagian. Tapi Inaq Lembain tidak bisa mendapatkan anaknya. Anak Inaq Lembain sudah berubah menjadi dua ekor burung. Sang kakak berubah menjadi burung Kekuwo, sedangkan sang adikteiah berubah menjadi burung Kelik.
[/su_note]CERITA RAKYAT SURI IKUN DAN 2 BURUNG
Pada zaman dahulu, ada sepasang suami istri yang memiliki empat belas orang anak. Ada tujuh anak lelaki dan tujuh anak perempuan. Suami istri itu mempunyai kebun yang cukup luas di Pulau Timor.
Suri lkun adalah nama salah satu di antara tujuah anak laki-laki yang mereka miliki. Budi pekertinya baik. Ia jujur, suka menolong, dan berbakti kepada kedua orang tuanya. Ia juga seriang membantu ketujuh saudara perempuannya. Karena itu Suri Ikun sangat disayang oleh kedua orang tua dan ketujuh saudara perempuannya.
Berbeda dengan keenam saudara laki-lakinya yang sangat pemalas dan penakut.
Pada suatu hari, babi hutan datang menyerang kebun milik suami istri tersebut. Serangan babi hutan membuat panen gagal dan tanaman banyak yang rusak.
Petani itu bingung, jika panen gagal bagaimana ia dapat menghidupi anak-anaknya yang banyak itu. Suri lkun memberi saran agar semua anak lelaki bergantian menjaga kebun setiap malam. Sang ayah merasa senang atas gagasan itu. Tujuh anak lelaki sudah cukup untuk bergantian menjaga kebun selama seminggu sekali. Tetapi keenam anak lelaki itu bukannya senang, mereka malah merasa geram dan marah. Dasar mereka pemalas dan penakut. Tidak mau bekerja keras.
Tetapi gagasan itu harus dilaksanakan demi kelangsungan hidup seluruh keluarga. Akhirnya, mau tidak mau ketujuh anak lelaki itu harus menjaga kebun mi ik ayah mereka secara bergantian. Namun, karena merasa takut terhadap babi hutan, keenam saudara laki-laki itu mengatur siasat agar Suri lkun yang selalu menjaga kebun ayahnya.
“Suri lkun, aku tidak pandai memanah, jadi sebaiknya malam ini kau saja yang menjaga kebun kita,” ucap kakaknya. Tanpa berpikir bahwa ia telah diperdaya, Suri lkun menuruti keinginan kakaknya. Hari berganti hari, keenam kakaknya tetap mengemukakan alasan yang serupa. Akhirnya, Suri lkun lah yang harus menjaga kebun dsetiap malam.
Suatu hari, Suri lkun berhasil memanah babi hutan yang hendak merusak kebun miliknya. la membawa daging buruannya ke rumah. Betapa Iiciknya keenam kakak lelakinya, mereka membagi daging babi hutan itu hanya untuk mereka, sedangkan Suri lkun hanya disisakan bagian kepalanya.
“Aku tidak suka makan babi hutan, jadi semua boleh kalian makan,” ucap Suri lkun.
Keenam kakak lelakinya hanya tertawa melihat adik mereka tidak mendapatkan bagian apa-apa. Suri lkun yang baik hati semakin disayang oleh kedua orangtuanya. Hal ini menimbulkan rasa iri dari keenam kakak lelakinyaMereka merencanakan niatjahat.
Bagaikan cerita Nabi Yusuf di waktu kecil. Salah seorang kaka lelakinya membujuk Suri lkun untuk pergi berburu ke hutan. Mereka ingin mencelakai Suri lkun dengan mengumpankan kepada hantu-hantu hutan di pinggiran desa yang suka memakan manusia.
Tanpa rasa curiga sedikit pun, Suri lkun memenuhi ajakan keenam kakaknya. Hari sudah mulai malam, ketujuh saudara laki-iaki itu pergi masuk ke hutan yang angker.
Suri lkun diam-diam ditinggal oleh keenam kakaknya di dalam hutan. Ia berteriak-teriak memanggil kakaknya. “Kakak kakak …! di mana kalian?” teriak Suri lkun.
Setiap Suri lkun berteriak memanggii-manggil kakaknya, hantu hutan yang selalu menjawabnya sehingga Suri lkun semakin tersesat di dalam hutan.
Karena tak tahu jalan pulang mudah bagi hantu hutan untuk menangkapnya. Tapi karena tubuh Suri lkun yang kurus dan kecil, hantu hutan pun mengurungkan niat mereka untuk memakan Suri lkun. Hantuhantu hutan itu kemudian menyembunyikan Suri lkun di dalam sebuah gua. Suri lkun se|alu diberi makan agar tubuhnya menjadi gemuk dan besan
Ketika Suri lkun sedang asyik duduk di dalam gua, tiba-tiba datang dua ekor burung kecil ke pangkuan Suri lkun. Kedua burung kecil itu tampak terluka dan hampir mati. Kedua burung kecil itu tampak sedih karena terperangkap di dalam gua. Dengan kasih sayang, Suri lkun mengobati kedua burung kecil itu. Ia merawat sampai burung kecil itu sembuh dari lukanya. Setiap hari burung itu diberinya makan. Ketika kedua burung tersebut sembuh dan menjadi burung yang besar dan kuat, kedua burung itu membalas budi kepada Suri lkun.
“Kamu pasti manusia yang baik. Kamu pasti ingin keluar dari hutan ini. Mari, kami ajak kamu pergi ke suatu tempat yang sangat indah, “ ucap kedua burung itu.
Kedua burung itu membawa Suri lkun keluar dari hutan. Akhirnya, ia bebas dari cengkeraman hantu-hantu hutan yang hendak memangsanya. Kedua burung itu membawa Suri lkun terbang melawati bukit-bukit dan lautan. Benar saja, kedua burung itu membawa Suri lkun ke sebuah istana yang sangat indah dan megah.
“Karena kau berhati mulia maka kami menghadiahkan istana berikut isinya ini kepadamu,”kata burung itu.
Betapa bahagianya Suri lkun mendapatkan hadiah itu. Karena bukan hanya istana megah dan indah yang ia dapatkan, tetapi ia juga mendapat seorang permaisuri yang cantik dan para pengawal yang gagah berani. Rakyat di negeri itu pun sangat ramah dan baik hati.
CERITA RAKYAT NUSANTARA PUTRI TADAMPALIK
Pada zaman dahulu. di Sulawesi Selatan ada sebuah kerajaan bernama Kerajaan Luwu. Kerajaan itu dipimpin oleh seorang raja bernama La Busatana Datu Maongge biasa di panggil Datu Luwu. la sangat arif, bijaksana, dan gagah perkasa. Karenanya rakyat di negeri itu hidup makmur.
Datu Luwu memiliki seorang putri yung snngnt cantik dan ramah. Namanya Putri Tadampalik. Kecantikan dun budi pekertinya yang baik membuat ia dikenal hingga ke pelosok negeri. Kabar ini pun terdengar sampai ke telinga Raja Bone.
Raja Bone memiliki seorang putra yang gagah dan tampan. Meskipun seorang putra mahkota, tutur katanya baik dan sopan. Raja Bone bermaksud meminang Putri Tandampalik untuk putranya. la mengutus rombongan perwiranya menuju Kerajaan Luwu.
Mendengar kabar akan datang utusan dari Bone untuk meminang putrinya, Datu Luwu sangat bingung. Setiap, hari, ia gelisah memikirkan pinangan itu. Menurut adat Luwu, seorang putri dari Luwu tidak boleh menikah dengan lelaki di luar sukunya. Akan tetapi, jika ia menolak pinangan itu pasti akan terjadi peperangan dahsyat.
“Baiklah. Aku akan menerima pinangan itu. Biar aku saja yang dikutuk oleh Dewa asallkan rakyatku tidak menderita.” ucapnya dalam hati.
Beberapa hari kemudian, datang utusan dari Kerajaan Bone untuk meminang Putri Tandampalik. Mereka datang dengan sangat sopan dan ramah. Tidak ada rombongan prajurit yang datang ataupun armada perang di pelabuhan seperti yang diperkirakan sebelumnya.
Datu Luwu menyambutnya dengan ramah. Setelah mereka mengutarakan maksudnya, Datu Luwu tidak langsung menjawab pinangan itu. Utusan Raja Bone memahami hal itu. Mereka akhirnya kembali ke Bone.
Sungguh aneh. Keesokan hari, Putri Tandampalik jatuh sakit. Sekujur tubuhnya mengeluarkan cairan kental menjijikkan yang berbau anyir. Para Tabib istana tidak sanggup menyembuhkan Putri Tandampalik. Semakin hari penyakit Putri Tandampalik semakin parah. jika tidak segera diasingkan, rakyat Luwu pasti akan tertular.
Datu Luwu pusing dibuatnya. la berpikir keras. Setelah beberapa saat berpikir, akhirnya ia mendapatkan cara agar rakyatnya tidak tertular penyakit putrinya. Putri Tandampalik harus diasingkan keluar dari Negeri Luwu. Hanya itu cara yang tepat, walau berat dan hancur rasanya hati Datu Luwu melepas putrinya.
Pergilah Putri Tandampalik ke pengasingan didampingi oleh pengikut setianya. Sebelum pergi, Datu Lawu memberikan sebilah keris pusaka kepada Putri Tandampalik. Berbulan-bulan sudah Putri Tandampalik dan pengikutnya berlayar.
Tibalah mereka di sebuah pulau yang subur dan berhawa sejuk. Lalu, mereka menepi. Di sana seorang pengikut Putri Tandampalik menemukan buah wajo. Akhirnya, daerah tersebut diberi nama Wajo. Di sana mereka membuat gubuk-gubuk kecil sebagai tempat tinggal. Mereka juga mulai bercocoktanam.
Pada suatu hari, ketika sedang duduk-duduk di pinggir danau Putri Tandampalik melihat seekor kerbau berwarna putih. la mengira kerbau itu akan memakan tanaman sayuran yang berada tidak jauh dari tempat itu sehingga diusirlah kerbau itu.Namun semakin diusir kerbau itu semakin mendekat dan akhirnya menerjang Putri Tandampalik hingga pingsan Ketika siuman, bukan kepalang kagetnya Putri Tandampalik melihat kerbau itu menjilati seluruh permukaan tubuhnya yang sudah mulai membusuk.
Setelah berulang kali dijilati oleh si kerbau bule, penyakit ditubuh Putri Tandampalik berangsur-angsur sembuh dan mengering sehingga tidak meninggalkan bekas sama sekali. Karena jasanya ini maka kerbau bule kemudian dikeramatkan dan tidak boleh disembelih.
Pada suatu malam, Putri Tandampalik bermimpi didatangi seorang pemuda tampan. Pemuda itu berkata bahwa dirinya adalah jodoh Putri Tandampalik. Putri Tandampalik terjaga tidurnya. Ia mengira bahwa mimpi itu adalah pertanda yang baik untuknya.
Sementara itu, di Negeri Bone, putra mahkota Kerajaan Bone sedang asyik berburu. la ditemani oleh para pengawal dan panglima Kerajaan Bone yang bernama Anre Guru Pakanranyeng. Karena terlalu asyik berburu, putra mahkota terpisah dari rombongannya. Hari sudah semakin larut, akhirnya ia harus bermalam di dalam hutan. Putra mahkota itu mencoba memejamkan matanya, tetapi suara-suara hewan malam sulit membuatnya tertidur.
Di kejauhan, putra mahkota melihat seberkas cahaya dari sebuah perkampungan. Bergegas ia ia menuju ke sumber cahaya itu. Sesampainya di perkampungan tersebut, hari sudah sangat larut. la memberanikan memasuki sebuah gubuk yang terlihat kosong. Nmaun , betapa terkejutnya ketika ia melihat seorang gadis cantik sedang memasak air. Gadis cantik itu adalah Putri Tandampalik.
“Aduhai ….. betapa cantiknya gadis ini? Siapa gerangan dia sebenarnya?” pikir sang putra mahkota.
Merasa ada yang mengawasi, Putri Tandampalik menoleh ke belakang. Betapa terkejutnya Putri Tandampalik melihat scorang pemuda yang sama seperti di mimpinya waktu itu. Akhirnya mereka berkenalan. Melihat tutur kata pangeran yang lembut dan sopan membuat Putri Tandampalik kagum dan tertarik. Begitupun dengan kecantikan dan kelembutan Putri Tandampalik membuat putra mahkota jatuh hati.
Pagi harinya, Panglima Perang Kerajaan Bone, Anre Guru Pakanranyeng, beserta para pengawal putra mahkota yarvg merasa kehilangan tuannya, sangat lega bisa menemukan putra mahkota di desa itu. Putra Mahkota pun harus kembali menuju kerajaan.
Sejak berpisah dengan Putri Tandampalik, hati pangeran jadi gundah. la sangat merindukan Putri Tandampalik. Ingin rasanya dirinya tinggal di Desa Wajo dan h’idup bersama dengan Putri Tandampalik. Panglima Anre Guru Pakanyareng yang memperhatikan gelagat putra mahkota tidak seperti biasanya kemudian menceritakan kejadian di Desa Wajo kepada Raja Bone. Raja Bone setuju untuk menikahkan pangeran dengan Putri Tandampalik. Lalu dikirimlah utusan ke Desa Wajo untuk meminang Putri
Tandampalik. Setibanya utusan tersebut ke gubuk Putri Tandampalik, pinangan itu tidak segera dijawab. ia hanya menyerahkan keris pusaka Kerajaan Lawu pemberian ayahandanya kepada utusan tersebut. Putri Tandampalik berpesan agar keris itu dibawa ke Kerajaan Luwu . Jika keris itu diterima dengan baik oleh Datu Luwu maka ia akan menerima pinangan itu.
Mengetahui hal tersebut, putra mahkota segera menuju ke Kerajaan Luwu. Ia pergi sendiri tanpa dikawal oleh seorang prajurit. Dengan semangat, ia menempuh perjalanan yang cukup jauh selama beberapa hari. Setibanya di Kerajaan Luwu, ia menceritakan pertemuannya dengan Putri Tandampalik. Setelah itu, putra mahkota menyerahkan keris pusaka yang dititipkan oleh Putri Tandampalik kepada Datu Luwu.
Datu Luwu dan permaisuri sangat bahagia mendengar kabar tersebut. Dengan senang hati Datu Luwu menerima keris itu. Akhirnya. pergilah Datu Luwu dan permaisuri bersama penggawal istana ke Desa Wajo. Betapa bahagianya mereka ketika bertemu dengan putri tercantanya yang sudah terpisah dalam waktu yang cukup lama.
“Maafkan ayahanda, Nak. Ayahandamu telah mengasingkanmu dalam waktu yang cukup lama,” ucap Datu Lawu.
“Tidak ada yang perlu dimaafkan, Ayahanda. Ananda justru bahagia karena dapat menyelamatkan rakyat Luwu dari penyakit menular,” jawab PutriTandampalik.
Keesokan hari, digelar pesta pernikahan Putri Tandampalik dengan Putra Mahkota Kerajaan Bone di Desa Wajo. Mereka hidup bahagia hingga hari tua. Sikapnya yang tabah menghadapi musibah dan pengorbanannya yang besar membuat Putri Tandampalik semakin dihargai dan dihormati semua orang.
CERITA RAKYAT SAWERIGADING
Al Kisah, ada seorang Raja keturunan Raja Langit bornumn la Teuleng. Ia diberi gelar Batara Lattu. Ia dikaruniai dua anak kembar, yaitu seorang anak laki-laki yang diberi nama Lawe atau La Madukelleng namun lebih dikenal dengan sebutan Sawerigading. Sadang saudara perempuannyna bernama We Tenriyabeng .
Sawerigading dan We Tenriyabeng tidak dibesarkan bersama sama. Mereka hidup terpisah sehingga satu sama lain tidak saling mengenal. Tahun berganti tahun, Sawerigading dan We Tenriyabeng tumbuh dewasa. Suatu hari, ketika Sawerigading sedang berjalan. tiba-tiba ia melihat gadis yang sangat cantik berlalu di hadapannya. Pada pandangan pertama, Sawerigading jatuh hati.
“Siapakah namamu gadis cantik’?” tanyanya “Namaku We Tenriyabeng,”jawab We Tenriyabeng dengan tersipu.
Perkenalan mereka pun berlanjut. Sawerigading mengutarakan keinginannya untuk menikahi We Tenriyabeng. Ketika keduanya sepakat untuk meminta restu kedua orang tuanya, betapa terkejutnya mereka mengetahui bahwa mereka adalah saudara kembar yang terpisah, Hancurlah perasaan keduanya. Sawerigading dengan hatinya yang kecewa pergi meninggalkan Luwu dan bersumpah tidak ingin kembali. Sedangkan, We Tenriyabeng pergi entah ke mana.
Sawerigading yang ketika itu pergi mengembara akhirnya tiba di sebuah negeri. Negeri itu bernama Tiongkok. Di sana dikabarkan ia mengalahkan beberapa kesatria Kerajaan Tiongkok bahkan pemerintahan Jawa Wolio, yaitu Setia Bonga. Kisah cinta Sawerigading ternyata belum berakhir, ia bertemu seorang putri cantik asal Tiongkok bernama Cudai.
Setelah sekian lama, ternyata Sawerigading menjadi seorang kapten yang perkasa. Dalam perjalanannya, ia berlayar ke daerah Ternate di Maluku, Bima atau Sumbawa, Jawa Timur, dan Jawa Tengah, Sunda dan Malaka.
Setelah menikah, Sawerigading dikaruniai seorang anak laki-laki, ia bernama I La Galigo dengan getarnya Datunna Kelling. Dikisahkan bahwa I La GaIigo ketika dewasa menjadi seorang kapten kapal seperti ayahandanya. Namun, ia tidak pernah menjadi seorang, raja. l La Galigo dikabarkan memiliki empat orang istri dari berbagai negeri. Ia pun di karuniai anak yang salah satunya bernama La Tenritatta.
La Tenritatta adalah keturunan terakhir yang dinobatkan di kerajaan Luwu.Hikmah dari cerita ini adalah kita diharuskan mengenal saudara sendiri, menjalin silaturahmi dengan baik. Sebab jika tidak mengenal kerabat sendiri bisa-bisa kita berbuat salah kepada saudara kita sendiri.
CERITA RAKYAT IKAN DUYUNG
Dahulu, hiduplah pasangan suami istri dengan tiga anak yang masih kecil. Pagi itu mereka makan nasi dengan ikan. Masing-masing memperoleh bagiannya. Ikan yang dihidangkan rupanya tidak habis. Sebelum berangkat ke kebun, si suami berpesan kepada istrinya. “Bu, tolong simpan ikan yang tersisa untuk makan nanti sore.”
“Baik, Pak jawab si istri. Pada siang harinya, si istri dan ketiga anaknya makan siang bersama. Tiba-tiba si bungsu menangis, ingin ikan yang disimpan di lemari. Dengan sabar, ia mencoba memberi pengertian. “Nak, ikan itu untuk makan ayah nanti sore.” Entah apa yang terjadi, si bungsu malah menangis sekeras-kerasnya. Akhirnya, sisa ikan itu diberikan kepada si bungsu. Seketika itu juga, tangisannya tak terdengar lagi.
Bekerja seharian membuat si ayah begitu lapar dan lelahnya. Terbayang olehnya, ia makan sore dengan ikan. Dengan cekatan, si ibu menghidangkan makanan. Namun si ayah tidak melihat sisa ikan tadi pagi. Raut mukanya langsung berubah masam.
“Bu, mana sisa ikan tadi pagi?” tanya si ayah. “Maaf, Yah. Si bungsu ketika makan siang menangis, ingin makan dengan ikan,” kata sang ibu.
Akan tetapi bukannya mengerti dengan watak anak bungsunya, ia malah terlihat begitu marah. Saat itu juga, istrinya dipaksa mencari Ikan di laut. “lbu tidak boleh pulang ke rumah sampai mendapat ikan yang banyak, sebagai pengganti ikan yang dimakan si bungsu,” kata suaminya tanpa belas kasihan. Si ibu pergi dengan rasa sedih dan sakit hati. Ia begitu berat meninggalkan ketiga anaknya, khususnya si bungsu yang masih menyusui.
Sudah lama si ibu tidak kembali ke rumah. Ketiga anak yang masih kecil itu begitu merindukan ibunya. Mereka mencari ibunya ke pinggir laut. Terus saja mereka memanggiI-manggil ibunya. Proses pencarian hampir mustahil, karena tidak seorang pun ada di situ. Sungguh ajaib, si ibu tiba-tiba muncul dari laut. Dihampirinya si bungsu dan segera disusuinya.
Si ibu berpesan agar mereka kembali ke rumah. Kata si ibu, tidak lama lagi ia akan pulang. Mereka patuhi perintah ibunya dan segera pulang. Semalaman mereka menunggu si ibu. Namun, si Ibu tak juga kunjung datang. Kecemasan terhadap nasib si ibu membuat mereka kembali ke laut keesokan harinya.
“Bu, pulanglah ke rumah..! Si Bungsu ingin menyusui ujar si sulung ketika tiba di pinggir laut.
Ibu mereka pun muncul dari laut. Lalu, si ibu menyusui si Bungsu. Barulah kelihatan ada sesuatu yang berubah dengan tubuh ibu.Ada sisik di sekujurtubuhnya. Rasa suka cita sirna, berganti rasa ragu dan takut.
“Sini bungsu, ibu akan menyusuimu,” bujuk si ibu.
“Tidak! Kau bukan ibuku!” tukas si bungsu.
”Aku adalah ibu kalian, anak-anakku!”
“Bukan! Kau bukan ibu kami!” jawab si sulung sambil menarik adik-adiknya meninggalkan tepi laut. Mereka pun terus menyusuri pantai tanpa tujuan yang jelas. Tiap kali mereka memanggil si ibu, tiap itu pula muncul si Ibu dengan tubuhnya yang disesaki sisik Ikan. Akhirnya, ibu itu menjadi ikan duyung. Separuh tubuhnya berwujud manusia dan separuhnya lagi berwujud ikan.
CERITA RAKYAT SIGARLAKI DAN LIMBAT
Dahulu, di daerah Tondano, hiduplah seorang pemburu perkasa yang bernama Sigarlaki. Ia terkenal memiliki keterampilan menombak. Sesulit apa pun sasarannya, dapat ia tombak dengan tepat. Sigarlaki memiliki pelayan yang sangat setia, bernama Limbat. Jika Sigarlaki menyuruhnya melakukan sesuatu, pasti dapat ia kerjakan dengan baik. Pendek kata, ia menjadi orang kepercayaan Sigarlaki.
Pada suatu hari, mereka berburu ke hutan. Namun hasil tangkapan kali ini tidak seperti biasanya. Sudah lama mereka berburu, tidak ada seekor binatang pun yang tampak. Ia begitu kesal dengan kenyataan itu. Kekesalannya semakin memuncak tatkala Limbat melaporkan bahwa daging persediaan mereka di rumah hilang dicuri orang.
AIih-alih mencoba melakukan penyelidikan, Sigarlaki malah menuduh Limbat sebagai pencurinya. Dituduh sebagai pencuri, Limbat pun merasa sakithati.
Limbat sebagai tertuduh harus membuktikan bahwa ia tidak bersalah. Sigarlaki membuat aturan main sendiri. Ia akan menancapkan tombaknya ke dasar kolam, kemudian ia menyuruh Limbat menyelam ke dasar kolam itu. Kalau tombak itu lebih cepat muncul ke permukaan, artinya Limbat tidak mencuri. Namun, bila Limbat yang duluan keluar dari kolam, berarti ia pencurinya. Timbul rasa takut dalam diri Limbat mendengar aturan yang aneh itu. Namun ia harus menjaga kehormatan diri. Lalu ia menyelam secepat tombak Sigarlaki menghunjam dasar kolam.
Namun ada kejadaian aneh. Belum lama Sigarlaki menancapkan tombak, seekor babi hutan minum di kolam. Ditariknya kembali tombak dan dilontarkan ke arah babi hutan itu. Sayang, tombak itu tidak mengenai sasaran. Sesuai aturan Sigarlaki, seharusnya Limbat bebas dari segala tuduhan. Namun, Sigarlaki meminta pembuktian ulang. Limbat sebenarnya keberatan dengan hal tersebut, tapi apalah dayanya, ia hanya seorang pelayan. Ketika Sigarlaki menancapkan tombaknya ke kolam, seekor kepiting besar menggigit kakinya.
Ia berteriak kesakitan dan dengan spontan tombak diangkatnya. Akhirnya, . Limbat bebas dari segala tuduhan. Sigarlaki tidak dapat mengulanginya lagi. Kakinya terluka digigit kepiting besar. Itulah balasan bagi orang yang mudah menuduh orang lain melakukan kejahatan.
CERITA RAKYAT KISAH KERA DAN AYAM
Pada zaman dahulu, ada dongeng menarik tentang persahabatan antara kera dan ayam. Nampaknya mereka selalu rukun dan damai. Tapi, kenyataannya tidaklah demikian. Setelah sekian lama mereka bersahabat, barulah terlihat kelakuan buruk si kera.
“Hai ,Ayam, sahabatku,” panggil kera. “Sore-sore begini enaknya kita jalan-jalan. Maukah kau pergi bersamaku? “
“Memang kita mau pergi ke mana? “ tanya ayam.
“Aku akan mengajakmu ke hutan, tempat aku biasa bermain. Di sana tempatnya indah. Pasti kamu suka!” ujar si kera seraya membujuk.
Ayam tertarik dengan ajakan si kera. Tanpa rasa curiga, la megikuti kera untuk berjalan-jalan di hutan. Hari semakin gelap, perut kera mulai merontaronta minta diisi. Saat itulah timbul niat busuk kera untuk mencelakai ayam.
“Hehehe.. .untuk apa aku susuh-susah mencari makanan. Di depanku saja sudah ada makanan yang sangat lezat,” pikir kera.
Di lihatnya ayam tampak kebingungan masuk ke dalam hutan. Ayam itu tampak besar dan segar. Kera berpikir, jika ayam hendak dimakannya. Iebih baik jika tanpa bulu. Oleh karena itu, ia hendak mencabuti bulu ayam terlebih dahulu.
Ayam dan kera semakin jauh masuk ke dalam hutan. Saat itu hari makin gelap, kera pun melaksanakan niatnya. Ia segera menangkap ayam. Ayam tampak terkejut melihat perlakuan kera. Kera yang jahat itu kemudian mencabuti bulu-bulu si ayam. Dengan sekuat tenaga ayam meronta-ronta, Ayam mencoba lari dari cengkeraman si kera. Setelah berusaha keras tanpa mengenal lelah, ayam melarikan diri berhasil. Ayam berlari sekencang-kencangnya keluar dari hutan.
Setelah sekian lama Ayam berlari, tibalah ia di rumah sahabatnya yang lain. Ayam tiba di rumah kepiting. Kepiting yang melihat ayam tampak kelelahan membuatnya penasaran. Ia pun bertanya, “Wahai Ayam, apa gerangan yang terjadi denganmu? Mengapa napasmu terengah-engah? Bulu-bulumu rontok semua?” tanya kepiting.
“Oh Kepiting, aku dicelakai oleh sahabatku sendiri si kera. ia hendak memakanku,”jawab ayam dengan napasnya yang masih terengah-engah.
“Kurang ajar ! Betapa teganya kera berbuat seperti ini kepadamu,” ucap kepiting tidak percaya.
“Memang kurang ajar tega-teganya dia punya niat jahat seperti itu!” sahut Ayam
“Hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Kera harus kita beri pelajaran!” ucap kepiting dengan geram.
Ayam dan kepiting kemudian mengatur siasat untuk memberi pelajaran kepada si kera. Beberapa bulan kemudian setelah bulu-bulu ditubuh ayam telah pulih, kepiting dan ayam menemui kera. Ayam masih tampak ketakutan melihat si kera.
Akhirnya, kepitinglah yang berbicara kepada kera.“Hai kera, dua hari lagi aku dan ayam hendak pergi berlayar ke pulau seberang. Di pulau itu banyak buah-buahan yang matang dan lezat,” ujar kepiting.
“Benarkah? Bolehkah aku ikut berlayar dengan kalian,” ucap kera penuh harap.
“Boleh…boleh saja ….. !” kata kepiting.
Sebelumnya Perahu dari tanah liat telah tersedia. Ayam dan kepiting sengaja mempersiapkan jauh-jauh hari. Dua hari kemudian mereka bertiga naik perahu menuju seberang.
Perahu semakin lama semakin menjauh dari tepian. Kera sudah mulai membayangkan betapa lezatnya buah-buahan yang akan disantapnya nanti, sedangkan ayam dan kepiting mulai saling memberi sandi.
Ayam berkokok, “Aku lubangi kok !”
Si kepiting menjawab, “Tunggu sampai dalam sekali!”
Setiap Kepiting selesai berkata begitu, ayam mematuk-matuk perahu itu. Mereka kemudian mengulangi permainan itu lagi. Si Kera sama sekali tak mengerti apa sebenarnya yang dilakukan ayam dan kepiting. Lama-kelamaan perahu yang ditumpangi mereka bocor.
Kera mulai panik tapi ia tak bisa berbuat apa-apa. Perahu semakin lama semakin tenggelam. Kepiting dan ayam bisa menyelamatkan diri. Si kepiting menyelam ke dasar laut, sedangkan si ayam dengan mudah terbang ke darat. Tinggalan si kera yang tampak ketakutan.Pada dasarnya kera paling takut pada air, apalagi air Iaut. la berusaha meronta-ronta minta tolong, tapi siapa yang menolongnya la juga tak bisa berenang, maka matilah si kera yang licik itu.
CERITA RAKYAT LAHILOTE
Dahulu ada seorang laki-laki bernama Lahilote yang tinggal di hulu sungai dekat mata air. Pekerjaannya sehari-harinya ialah mencari rotan di hutan. Pada suatu hari tanpa disangka-sangka ia melihattujuh bidadari yang sedang mandi sungai. Canda tawa terdengar dari kejauhan. Ketika mereka sedang mandi, Lahilote mengambil selendang salah satu bidadari dan menyembunyikannya di suatu tempat.
Mereka baru sadar, rupanya ada orang yang sejak tadi mengintip mereka mandi. Kehadiran Lahi ote secara tiba-tiba sungguh mengagetkan bidadari-bidadari tersebut. Mereka terbang ke kayangan, kecuali seorang yang kehilangan selendangn/a, Singkat cerita, seorang bidadari itu berhasil dibujuk dan dinikahi Lahilote.
Seperti biasa. Lahilote mencari rotan ke hutan. Ketika sedang membersihkan rumah, tanpa sengaja isteri Lahilote menemukan selendangnya yang hilang dalam tabung bambu. Ia senang sekali karena selendangnya telah ditemukan. Saat itu juga ia terbang ke tempat asalnya, yaitu kayangan.
Hari itu Lahilote sungguh beruntung, rotan yang diperoleh lebih banyak dari biasanya. Tapi ketika pulang kegembiraannya lenyap. Tabung bambu sudah kosong dan isterinya telah kembali ke kayangan. Ia benar-benar gundah. Tiba-tiba seorang Polahi yaitu suatu suku yang tinggal di tengah hutan hadir di hadapannya. Ia memegang rotan hutiya mala. Sang Polahi berkata, “Rotan ini akan memandumu ke kayangan. “Temukan isterimu di sana?
Singkat cerita, Lahilote terbang ke kayangan dan bertemu dengan istrinya. Lahilote dan istrinya bersatu kembali di kayangan. Pada suatu waktu, Lahilote bersama istrinya sedang asyik bicara berdua. Lahilote duduk di atas sebatang kayu. Sementara itu, istrinya sibuk mencari kutu dikepala Lahilote. la terkejut melihat uban yang ada dikepala suaminya. la ingat seorang yang beruban tidak boleh ada di kayangan.
Lahilote menanyakan apa alasannya. Istrinya menjawab, “Apalah arti sebuah cinta kalau Tuan sudah beruban, apalah artinya sebuah kayangan kalau tuan tinggal bayangan. Lahilote tidak menyangka akibatnya sungguh berat. la benar-benar terpukul dibuatnya. Lalu ia turun ke bumi menggunakan sebilah papan.
Lahilote bersumpah, “Sampai senja umurku nanti, berbatas pantai Pohe berujung kain kafan, di sana telapak kakiku akan terpatri sepanjang zaman.”
Batu berbentuk telapak kaki itu dapat ditemukan di pantai Pohe, Gorontalo. Menurut kepercayaan setempat, batu itu adalah telapak kaki Lahilote yang terbuang dari kayangan.
CERITA RAKYAT RUSA VS KULOMANG
Pada zaman dahulu hiduplah sekelompok rusa di hutan rimba Kepulauan Aru. Siapapun tahu bahwa kemampuan rusa berlari sungguh sangat cepat luar biasa. Begitu ringan langkah kakinya, seakan hendak terbang saja. Selain merumput, mereka juga sering mengajak adu lari kawanan binatang lainnya. Apabila unggul, rusa itu akan mengambil tempattinggal pihak yang kalah.
Sementara tak jauh dari hutan itu, terdapat pantai yang sangat indah. Di sana hiduplah siput laut yang bernama Kulomang. Di kalangan hewan, Siput laut dikenai sebagai binatang yang cerdik dan setia kawan. Diceritakan bahwa pada suatu hari, Rusa mendatangi Kulomang. ia hendak menantang siput laut adu lari hingga sampai di tanjung kesebelas. Pantai tempat tinggal sang siput laut sebagai taruhannya.
Dalam hatinya Rusa sudah merasa menang sebelum bertanding. Kulomang dihadapkan pada dua persoalan sekaligus. Jalannya sangat lambat dan cangkang di atas tubuhnya. Apalagi cangkang itu lebih besar dari tubuhnya.
Pada hari yang ditentukan. Si Rusa mengajak teman-temannya untuk menyaksikan kehebatan larinya, sedangkan Kulomang membawa serta sepuluh teman-temannya. Mereka termasuk bagian dari rencana si Kulomang. Sepuluh ekor siput dalam rentang jarak tertentu bersiap di tempatnya dari tanjung kedua hingga tanjung kesebelas. Si Kulomang, tentu saja, berada di tempat mulainya pertandingan. Diperintahkannya agar mereka menjawab setiap pertanyaan si Rusa dengan ucapan, “Aku persis di depanmu.”
Begitu pertandingan dimulai, si Rusa langsung melesat dan tanpa kesulitan mendahului si Kulomang. Setelah beberapa lama ia tiba di tanjung kedua. Napasnya terengah-engah. Dalam hati ia yakin bahwa si Kulomang tertinggal sangatjauh. la berteriak-teriak bersuka ria.
“Kulomang, sekarang kau ada di mana?”
Temannya si Kulomang pun menjawab, “Aku persis di depanmu.”
Betapa terkejutnya si Rusa. Maksud hati hendak beristirahat sejenak. apa daya, ia harus berlari lagi. Hal yang sama terus berulang sampai tanjung kesepuluh. Ketika memasuki tanjung kesebelas. si Rusa sudah kehabisan napas. la terjatuh dan mati. Si Kulomang bukan saja mengalahkan si Rusa, tetapi juga memperdayai si Rusa yang sombong dengan kecerdikannya.
ASAL MULA TELAGA WARNA BIRU
Dahulu penduduk Lisawa, Halmahera Utara dihebohkan dengan air yang memancar di seia-seia bebatuan. Semakin lama air itu semakin membesar dan membentuk telaga. Kabar terbentuknya telaga pun tersebar ke mana-mana. Sungguh aneh; di daerah yang kesulitan air tibatiba muncul telaga. Upaya mengungkap misteri itu dilakukan dengan menggelar upacara adat.
Akhirnya, diperoleh jawaban adanya telaga disebabkan akibat patah hati yang remuk-redam, meneteskan air mata, mengalir dan mengalir menjadi sumber mata air. Penduduk Dusun Lisawa dihimbau melalui Dolodolo (kentongan). Setelah orang-orang berkumpul, tetua adat memulai dengan satu pertanyaan, “Siapa di antara kalian yang tidak hadir dan tidak berada di rumah?” Ternyata terdapat dua keluarga yang kehilangan anggotanya. Karena enggan menyebutka nama kedua anak itu. Mereka menyapa dengan panggilan umum orang Galela, yakni Majojaro (nona) dan Magohiduuru (nyong). Diceritakanlah apa yang sesungguhnyaterjadi.
Majojaru pergi meninggalkan rumah sejak dua hari yang lalu. Hingga sekarang belum kembali ke rumah. Sementara itu, orang tua Magohiduuru mengatakan anak mereka sudah enam bulan pergi merantau ke negeri orang. Belum ada berita kapan ia akan pulang.
Majojaru dan Magohiduuru sudah lama menjalin kasih. Ketika Magohiduuru berpamitan hendak merantau ke negeri orang, mereka berjanji untuk tetap setia, apapun yang terjadi. Lebih baik mati daripada menghianati kesetiaan cinta. Enam bulan sudah berlalu sejak Magohiduuru pergi. Majojaru tetap setia menunggu dalam penantian. Namun, badai dan angin topan yang dahsyat telah menenggelamkan kapal yang ditumpangi Magohiduuru. Pemuda itu tewas di tengah laut. Kabar tentang Magohiduuru sampai pula ke telinga Majojarudi Dusun Lisawa. Bak tersambar petir di siang bolong, Majojaru lunglai dan terjatuh. Janji untuk sehidup-semati seolah menjadi bumerang kematian.
Dalam kesedihan yang mendalam, ia berjalan mencari tempat berteduh untuk menenangkan hatinya. Lama Ia duduk di bawah pohon Beringin sambil menangis. Air mata yang tak dapat ditahan lagi mengalir deras hingga menenggelamkan segala yang ada di bawah pohon beringin itu termasuk dirinya sendiri.
Banjir air mata telah membentuk telaga kecil. Airnya sebening a” mata dan warnanya sebiru pupil mata nona endo Lisawa. Mereka berikrar selamanya akan menjaga dan memelihara Telaga Biru itu.
CERITA RAKYAT BURUNG CENDRAWASIH
Dahulu, ada seorang perempuan tua hidup bersama seekor anjing betina di Pegunungan Bumberi, Fak-fak. Suatu hari mereka mencari makanan ke hutan. Mereka sampai di suatu tempat yang ditumbuhi pohon pandan sedang berbuah. Perempuan tua itu mengambil buah dan memberikannya kepada anjing betina. Dengan lahapnya, anjing betina itu memakan buah pandan itu.
Mendadak perut anjing itu hamil dan melahirkan seekor anak anjing. Tidak lama kemudian, perempuan tua memakan buah pandan. Ia pun hamil dan melahirkan seorang anak laki-Iaki yang diberi nama Kweiya. Setelah Kweiya“ dewasa, ia membuka ladang baru di hutan itu. Peralatan yang dipakainya hanya kapak batu yang berbentuk pahat.
Pada suatu hari ketika Kweiya sedang menebang pohon. tiba-tiba ada seorang pria mendekatinya. Selanjutnya. pria itu memberikan kapak besi kepada Kweiya. Dengan alat itu, kini ia dapat menebang pohon dengan cepat. Pada saat makan siang tiba, Kweiya memperkenalkan pria itu kepada ibunya. Setelah makanan tersedia. Ibunya memanggil Kweiya. Kweiya mengajak pria tadi untuk ikut makan di rumah dan berkenalan dengan ibunya. Karena pria itu berjasa dalam hidupnya. Si ibu menerima kehadiran pria tersebut. Sejak saat itu mereka menjadi suami-istri.
Beberapa tahun kemudian lahirlah beberapa anak. Anak-anak itu dianggap sebagai adik-adik Kweiya. Namun. eratnya persaudaran mereka bertiga makin hari makin memudargara-gara rasa iri kedua adiknya.
Pada suatu hari, mereka mengeroyok Kweiya. Perkelahian yang tak seimbang itu menyebabkan tubuh Kweiya mengalami Iuka-Iuka. Kweiya bersembunyi di sudut rumah, sambil memintal tali dari kulit pohon Pogak Nggein . Ketika orang tua mereka pulang, mereka diam saja. Adik perempuan yang paling bungsu menceritakan pengeroyokan itu pada kedua orang tua mereka. Dipanggilnya Kweiya. tetapi tidak kunjung ada sahutan.
Tiba-tiba terdengar suara yang berbunyi “Eek..ek. ek, ek. ek. Sambil menjawab, Kweiya yang berubah menjadi burung menyisipkan benang pintalannya pada kakinya lalu meloncat-loncat di atas rumah dan berpindah ke dahan pohon dekat rumahnya. Ibunya menangis sambil meminta bagian untuknya. Kata Kweiya. bagian untuk ibunya ada pada koba-koba (payung tikar), di sudut rumah. Ibunya segera mencari koba-koba. Benang pintalan itu disisipkan pada ketiaknya, lalu terbang ke atas dahan pohon yang tinggi. Kweiya dan ibunya bertengger di atas pohon sambil berkicau dengan suara. “wong, wong, wong, wong, ko. ko. ko. wowik!!”
Maka sejak itulah burung cenderawasih ada di dunia. Bagaimana cara membedakan burung cendrawasih jantan dan betina? Burung cenderawasihjantan selalu berbulu panjang dan disebut Siangga. Burung cenderawasih betina bulunya pendek dan disebut Hanggam Tombor.
CERITA RAKYAT BUAYA AJAIB
Zaman dahulu kala, di tepian Sungai Tami di Irian jaya, ada sepasang suami istri yang menantikan kehadiran seorang anak. Sang suami bernama Towjatuwa, ia sangat gelisah karena istrinya yang sedang hamil tua mengalami kesulitan ketika mau melahirkan.
Hanya ada satu cara untuk membantu istrinya melahirkan, yaitu dengan mengoperasinya. Menggunakan batu tajam dari Sungai Tami. Ketika ia sedang sibuk mencari batu tajam, tiba-tiba muncul seekor buaya besar di depannya. Towjatuwa kaget bukan kepalang. Ia sangat ketakutan dan hampir pingsan.
Buaya itu semakin mendekati Towjatuwa dengan tubuh yang terlihat aneh tidak seperti buaya lainnya. Di punggung buaya itu tumbuh bulu-bulu burung kaswari. Hal ini membuat buaya itu tampak menyerarnkan ketika bergerak.
Ketika jarak buaya sudah semakin dekat, Towjatuwa mulai bersiap-siap melarikan diri.
Tiba-tiba sang buaya menyapa Towjatuwa dengan ramah.
“Jangan takut! Maafkan jika aku mengagetkanmu. Namaku Wituwe. Siapa namamu dan apa yang kamu cari di sunga ini?” tanya buaya.
“Oh, a ku aku namaku Towjatuwa. Aku di sini sedang mencari batu tajam untuk membantu istriku melahirkan, jawab Towiatuwa ketakutan.
Rasa takut Towjaniwa semakin lama semakin hilang karena buaya itu tidak seseram penampilannya. Pembicaraan mereka semakin akrab dan santai.
“Kau tidak usah khawatir Towjatuwa. Aku akan menolong istrimu melahirkan,” kata buaya ajaib itu.
Towjatuwa merasa senang mendengar ucapan sang buaya. Ia kembali ke rumah dan menceritakan pertemuannya dengan buaya ajaib kepada istrinya.
Esok harinya perut istri Towjatuwa mulai terasa sakit. Towjatuwa sangat panik, ia menunggu-nunggu kedatangan si Buaya ajaib. Tapi lama ditunggu tak kunjung tiba. Namun di saat-saat terakhir, ketika istrinya sudah tak kuat menahan rasa sakit, Buaya ajaib itu datang ke rumahnya.
Watuwe si Buaya ajaib menepati janjinya. Ia menolong persalinan istri Towjatuwa. Akhirnya istri Towjatuwa bisa melahirkan anaknya dengan selamat.
Tak lama kemudian terdengar tangis bayi laki-Iaki memecahkan keheningan malam. Towjatuwa merasa lega dan bahagia. Bayinya lahir dengan sehat dan selamat, anak itu diberi nama Narrowra.
Towjatuwa sangat berterima kasih kepada si Buaya ajaib.
Si Buaya ajib hanya berpesan,” Towjatuwa, kau dan keturunanmu jangan ada yang membunuh atau memakan daging buaya. Jika kau langgar pantangan ini kau dan keturunanmu akan mati!”
“Ya aku akan ingat pesanmu ini hai Buaya ajaib…!” kata Towjatuwa
Towjatuwa dan anak turunnya memenuhi janjinya. Mereka bukan hanya melestarikan buaya di sungai Tami, hewan-hewan lain di sekitar sungai juga tidak mereka ganggu demi menghormati buaya ajaib.
CERITA RAKYAT KUTUKAN RAJA PULAU MINTIN
Dahulu kala. di Pulau Mintin, termasuk daerah Kahayan Hilir ada kerajaan yang dipimpin oleh raja yang arif dan bijaksana. Sang Raja memerintah dengan adil dan bijaksana sehingga kerajaan mencapai kejayaan. rakyatnya hidup dalam kemakmuran. Pada suatu hari sang permaisuri meninggal dunia. Permaisuri adalah wanita yang paling dicintai oleh sang Raja. Kepergian sang Permaisuri membuat sang raja terguncang. Hatinya sedih bukan kepalanng. Guna menghibur hatinya yang sedang gundah gulana, sang Raja berniat hendak berlayar.
Tapi roda pmerintahan harus tetap berjalan lancar. Maka untuk sementara tugas pemerintahan diserahkan pada kedua putranya yang kembar, yaitu si Naga dan si Buaya. Sang raja menjelaskan segala sesuatunya yang berhubungan dengan tugas seorang pemimpin. Kedua anak muda itu mendengarkan dengan seksama, merena menerima tanggung jawab tersebut. Setelah dirasa cukup mmeberi wejangan maka raja berlayar, kedua putranya yang masih muda itu menduduki tahta kerajaan.
Tetapi apa yang terjadi. Begitu raja tidak ada di tempat, si Naga berbuat sesuka hati. ia suka berfoya-foya, menghambur-hamburkan harta. Sementara si Buaya dikenal sebagai sosok yang pemurah, hemat, dan suka menolong. Si Buaya mencoba menasihati saudaranya. Tapi bukannya menerima nasihat dengan baik, si Naga malah mengajak debat. Bukan hanya perang mulut pun. Pertikaian pun pecah dengan melibatkan anak buah sehingga menimbulkan banyak korban jiwa.
Dalam pelayarannya, sang Raja tiba-tiba merasa resah, seperti ada yang tidak beres. Maka, diperintahkannya nahkoda kapal berbalik menuju istana. Sampai di sitana ia kaget melihat kedua putranya terlibat perangdengan sengitnya. ia benar-benar murka. Dengan lantang ia berkata pada Naga dan Buaya.
“Sungguh keterlaluan! Kalian telah merusakketentraman negeri ini. Banyak prajurit kerajaan yang tewas. Kiranya kalian sibuk sendiri. Rakyat tidak terurus. Kalia harus dihukum! Buaya, jadilah engkau buaya dan hidup di air. Engkau diperbolehkan menetap di sini karena kesalahanmu sedikit. Kuperintahkan engkau untuk menjaga Pulau Mintin. Sedangkan engkau, Naga, jadilah engkau seekor naga. Kamulah penyebab semua kekacauan ini dan pergilah ke Kapuas. Kamu bertugas melindungi sungai Kapuas agartidak ditumbuhi Cendawan Bantilung.”
Kutukan sang Raja berakibat fatal. Langit mendadak menjadi gelap, kilat dan petir tidak henti-hentinya menggelegar. Sesaat kemudian Si Buaya menjelma menjadi seekor buaya dan berdiam di pulau Mintin sedangkan si Naga berubah menjadi seekor ular naga dan hidup di Sungai Kapuas.
CERITA RAKYAT NYI RORO KIDUL
Banyak versi cerita rakyat tentang Nyi Roro Kidul. salah satunya adalah versi Banten ini. Konon Nyi Roro Kidul adalah putri Raja Prabu Siliwangi dari kerajaan Pakuan Pajajaran. Ibunya adalah permaisuri terkasih dari Prabu Siliwangi. Sayang ibunya meninggal dunia pada saat Nyai Roro Kidul masih kecil. Nyai Roro Kidul asalnya bernama Putri Kandita, wajahnya sangat cantik melebihi kecantikan ibunya. Oleh karena itu, tidak heran Kandita pun menjadi putri kesyangan ayahnya.
Sikap Prabu Siliwangi ini telah menumbuhkan kecemburuan di antara selir dan putra-putri raja lainnya. Akhirnya, mereka bersekongkol untuk menyingkirkan Putri Kandita dari iingkungan istana Pakuan Pajajaran.
Rencana jahat selir dan putra-putri raja pun terlaksana. Singkat cerita, Putri Kandita terserang penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Kulitnya melepuh dan di sana-sini banyak boroknya. Semula Putri Kandita dikucilkan, lalu diusir dari istana.
Putri Kandita pergi berkelana menuju arah selatan wilayah kerajaan. Dalam pengembaraannya, Putri Kandita sampai di sebuah aliran sungai. Tanpa ragu, Putri Kandita menghirup air sungai sepuas hatinya. Setelah menghirupnya,,ia merasakan tubuhnya terasa segar. Kemudian ia menyusuri aliran sungai itu ke arah hulu. Akhirnya, ia menemukan beberapa mata air yang menyembur sangat deras. Lantas ia berendam di dalam sungai. Kehangatan air sungai mampu membuat Putri Kandita betah berlama-Iama berendam. Dalam kesendiriannya, ia menetap di dekat sumber air panas dan bersemadi dan melatih olah kanuragan. Setelah sekian lama tinggal dan mandi di sungai, tanpa disadarinya secara berangsur-angsur penyakitnya pun hilang.
Sekarang kulit dan wajahnya menjadi halus lagi. Kecantikannya pulih sperti sedia kala. Bukan main senang hatinya.
Setelah sembuh, Putri Kandita melakukan perjalanan ke arah hilir sungal. Putri Kandita terpesona saat tiba di muara sungai yang dekat dengan laut. Kemudian, ia memutuskan untuk bermukim di wilayah tepi laut sebelah selatan wilayah Pakuan Pajajaran.
Selama menetap di sana, Putri Kandita dikenal luas oleh masyarakat sekitar. Ia adalah seorang wanita cantik yang memiliki kesaktian tinggi. Bahkan namanya terdengar hingga ke telinga para pangeran di kerajaan sekitar. Sejak saat ltu, banyak pangeran muda yang ingin mempersuntingnya. Menghadapi para pelamar, Putri Kandita mengajukan syarat, yaitu kepada setlap orang yang ingin mempersuntingnya, harus sanggup mengalahkan kesaktiannya, termasuk bertempur dengan gelombang laut di pantai selatan pulau Jawa.
Sebaliknya, kalau mereka kalah, harus tunduk jadi pengiringnya. Pertempuran itu sering dliakukan di kawasan sebuah teluk yang ada di pantai selatan. Putri Kandita bisa menguasai gelombang laut selatan, sehingga ia mendapat gelar Kanjeng Ratu Nyai Roro Kidul yang artinya Ratu Penguasa Pantai Selatan.
CERITA RAKYAT ASAL MULA RAWA PENING
Pada jaman dahulu kala, di lembah gunung Telomayo hiduplah sepasang suami istri yang bernama Ki Hajar dan Nyai Selakanta. Mereka hidup sederhana dan belum dikarunia keturunan.
Ki Hajar akhirnya memutuskan untuk pergi bertapa di Gunung Telomoyo untuk memohon kepada Yang Maha Kuasa agar dikarunia seorang anak.
Setelah beberapa lama Ki Hajar bertapa di gunung, sang istri kemudian hamil. Perut Nyai Selakanta pun semakin hari semakin membesar hingga akhirnya melahirkan seorang anak.
Namun betapa terkejutnya Nyai Selakanta, ternyata yang dilahirkan olehnya bukanlah bayi manusia melainkan seekor Naga. Ajaibnya naga tersebut dapat berbicara dan Nyai Selakanta pun menamainya Baru Klinting.
Hari demi hari Naga Baru Klinting semakin besar. Hingga pada suatu hari dia bertanya kepada ibunya, ”Ibu di manakah keberadaan ayahku”?.
Nyai Selakanta pun memberitahukan bahwa ayahnya sedang bertapa di lereng Gunung Telomoyo. Naga Baru Kiinting pun pergi kesana dan bertemu seorang pria tua yang merupakan ayahnya. Ki Hajar tidak percaya begitu saja dengan Naga Baru Klinting, “jika kamu memang anakku, coba lingkari gunung ini dengan tubuhmu”. Naga Baru Klinting melaksanakan dan berhasil. Ki Hajar akhimya percaya, setelah melihat klintingan (lonceng kecil) yang dikalungkan Nyai Selakanta di leher Baru Klinting.
Dan supaya dirinya berubah menjadi manusia, ia harus bertapa di Bukit Tugur. Naga Baru Khlintingpun dengan senang hati melaksanakan perintah ayahnya tersebut.
Pada saat itu, penduduk desa yang berada di bawah Bukit Tugur sedang berburu binatang buruan di hutan. Tiba-tiba mereka melihat Naga Baru Klinting yang diam di dalam Gua. Oleh karena mereka tidak satupun mendapatkan binatang, akhirnya para penduduk itu memotong tubuh Naga Baru Klinting untuk di jadikan makanan. Kemudian para penduduk desa itu pulang dan mengadakan pesta besarbesar’an karena telah mendapatkan daging yang banyak.
Ketika mereka sedang menikmati makanan pesta, datanglah seorang anak kecil yang kumel dan bau. Anak itu mendekat dan berharap untuk diberikan makanan. Namun penduduk desa menolaknya,
”Pergilah kau dasar pengemis!, tubuhmu kotor dan bau!”.
Melihat kejadian itu seorang nenek tua yang bemama Nyai Latung merasa kasihan.
”Nak ikutlah ke rumah nenek!” kata nenek itu. Anak itu lalu mengikuti ke rumahnya.
Disana ia diberi makanan yang banyak. hingga menghabiskan semua makanan yang dihidangkan.
“Terimakasih, Nenek sangat baik tidak seperti penduduk desa itu!” kata anak itu.
Sebelum pergi anak itu berpesan bahwa jika nanti mendengar suara gemuruh, carilah sebuah lesung dan naiklah diatasnya.
Kemudian anak tersebut kembali ke pesta yang meriah itu. Ia kembali meminta makanan kepada warga desa. ”Pak kasihanilah saya pak?, berilah makanan sedikit saja”. Akan tetapi, penduduk desa itu makin menjadi marah, “kamu lagi, sana pergi jauh. kamu sudah mengganggu pesta disini”, kata seorang warga desa sambil menendang anak itu hingga tersungkur.
Anak itu kemudian bangkit dan mengeluarkan sebuah lidi lalu ditancapkannya di tanah, ‘Wahai kalian penduduk desa, jika kalian bisa mencabut lidi ini, Aku akan pergi dan tidak mengganggu kalian lagi”, pinta anakitu.
Satu persatu warga desa mencoba mencabut lidi itu. Tetapi anehnya tidak ada seorangpun dapat mencabutnya. “Payah kalian, hanya mencabut lidi sekecil itu saja tidak mampu,“ ejek anak itu Akhirnya anak itu mencabut lidi yang tertancap di tanah. Tiba-tiba lubang tanah bekas tancapan lidi tersebut
mengeluarkan air yang semakin lama semakin deras.
Air tersebut berubah menjadi banjir yang besar hingga menenggelamkan seluruh desa yang angkuh tersebut. Tak seorangpun dapat selamat kecuali nenek tua yang menaiki Iesungnya.
Tak lama setelah itu, Ki Hajsar mendatangi anak kecil tersebut dan mengajaknya pergi menemui Nyai Selakanta. Ternyata anak kecil itu adalah penjelmaan dari Naga Baru Klinting yang tubuhnya telah dimakan penduduk desa. Hingga saat ini rendaman air itu masih ada dan menjadi telaga yang dikenal dengan Telaga Rawa Pening.
ASAL USUL KOTA BALIKPAPAN ( AJI TATIN )
Kota Balikpapan sebenarnya hanyalah sebuah kotamadya, meski demikian kota Balikpapan Iebih ramai ketimbang ibukota . KalimantanTimur yaitu kota Samarinda. Sarana dan prasarana kota Balikpapan lebih lengkap, seperti bandar udara, pelabuhan, dan hotel-hotel bertaraf internasional. Sehingga orang-orang di luar Kalimantan TImur lebih mengenal Balikpapan daripada Samarinda. Kota ini memang lebih dulu dikenai jauh sebelum Samarinda berkembang seperti sekarang.
Balikpapan adalah kota perusahaan minyak bumi, sumber devisa bagi Kalimantan TImur, atau sebuah kota Pertamina sejak tahun 1889. Pada saat itu pemerintahan dipimpin Sultan Kutai Kartanegara ke17, Sulan Am Sulaiman.
Menurut cerita rakyat yang masih hidup di kalangan masyarakat, Konon, pada tahun 1783 di tanah Pasir sudah berlangsung sistem pemerintahan kerajaan yang teratur. Rakyat ‘ hidup berkecukupan. Kekuasaan raja meliputi daerah yang sangat luas sampai ke bagian selatan. Daerah itu berupa sebuah teluk yang indah dan mengandung hasil bumi dengan hasil laut yang cukup besar. Masyarakat yang bermukim di sepanjang teluk, hidup sebagai petani dan nelayan. Mereka hidup dalam suasana yang damai dan makmur. Sultan yang memerintah pada waktu itu adalah. Aji Muhammad. Sebuah nama yang melambangkan kebesaran dan kesucian jiwa pemiliknya.
Aji Muhammad mempunyai seorang putri bernama Aji Tatin. Setelah dewasa, Aji Tatin menikah dengan seorang bangsawan Raja Kutai. Untuk masa depannya, Aji Tatin menuntut warisan, kepada ayahnya. Aji Muhammad pun menyerahkan wilayah teluk, saat itu belum menjadi sebuah kota dan belum memiliki nama. .
Pada suatu hari, orang-orang kepercayaan Aji Tatin sedang memungut upeti dari rakyat berupa papan dengan menggunakan perahu. _
Ketika mereka sedang mendayung perahu menggunakan
tanggar (galah) yang disebut tokong, tiba-tiba datanglah angin topan dahsyat.
Perahu AjiTatin terbalik diterpa badai. Para-pendayung berusaha membawa perahu mereka merapat ke pantai, namun tidak berdaya karena diserang topan dan gelombang ganas. Tidak berapa lama, perahu pun terempas ke sebuah pulau karang . Tokong (galah) pendayung patah dan perahu yang sarat bermuatan papan itu karam. .
Pemimpinnya, Panglima Sendong,dan anak buahnya meninggal; Demikian asal usul nama Balikpapan yang diambil dari . peristiwa perahu berisi papan yang terba|ik diterpa badai.
Pulau karang penyebab malapetaka itu akhirnya makin besar dan menjadi sebuah pulau yang ditumbuhi pohonpohon. Pulau
itu dinamakan Pulau Tukung sampai sekarang.
CERITA RAKYAT RORO JONGGRANG
Cerita rakyat Roro Jonggrang adalah cerita yang populer di Jawa Tengah, pada zaman dahulu ada sebuah kerajaan bernama Pengging. Sang raja mempunyai seorang putera bernama Joko Bandung. Joko Bandung adalah seorang pemuda perkasa, seperti halnya sang ayah ia juga mempunyai berbagai ilmu kesaktian yang tinggi.
Tapi sayang Joko Bandung yang sudah dewasa itu belum mau bemmah tangga. Suatu sang raja memanggilnya. Ia ditanya mengapa belum mau berumah tangga. Jaka Bandung ingin menguasai kerajaam Prambanan. Maka Jaka Bandung memimpin pasukan Pengging berperang melawan pasukan Prambanan. Pada saat itu kerajaan Prambanan dipimpin oleh Raja Boko. Ttubuhnya tinggi besar sehingga sebagian besar orang menganggapnya sebagai keturunan raksasa.
Raja bertubuh raksasa itu memulai serangan lebih dahulu, ia berlari kencang ke depan, diikuti pasukan di belakangnya. Pasukan Pengging yang berhamburan dan berusaha bangkit tidak sempat lagi bersiap-siap menghadapi serbuan lawan. Dengan mudahnya Raja Boko menangkap satu persatu tentara Pengging lalu dilempar tinggi ke udara, tentu saja tentara itu mati ketika jatuh ke tanah. Pasukan Prambanan juga dengan enaknya membantai pasukan Pengging yang kocar-kacirtak karuan.
Tapi ….. tiba-tiba muncu aj Jaka Bandung. Menghadang laju Raja Boko.
Raja Boko mengayunkan tangan kanannya bermaksud menyambar leher Bandung Bandawasa namun pemuda itu justru menangkap lengan Raja Boko dan dengan gerakan super cepat tubuh Raja Boko dilempar ke arah prajurit Prambanan.
“Breggggg.…!”
Tubuh Raja Baka terlempar dan terjerembab ke arah para prajuritnya. Para prajurit yang tertindih Raja Baka seketika mati lemas. Raja Baka masih bermaksud bangkit berdiri namun terlambat. Bandung Bandawasa meloncat dan menendang pinggangnya. Seketika Raja Baka muntah darah dan tewas ambruk ke tanah.
Mengetahui rajanya yang perkasa tewas di tangan Bandang Bandawasa maka prajurit Prambanan takluk menyerahkan diri. Jaka Bandung diantar ke istana. Begitu memasuki istana kaputren ia melihat Roro Jonggrang yang cantik jelita.Jaka Bandung seketika jatuh cinta dan ingin menikahi gadis itu.“Hamba bersedia diperistri asalkan Paduka mampu membuatkan seribu candi dan dua buah sumur yang sangat dalam, dalam waktu satu malam,” kata Roro Jonggrang.
Di luar dugaan Jaka Bandung menyanggupi permintaan Roro Jonggrang itu. Jaka Bandung dibantu para jin dan maktluk halus lainnya membuat seribu candi. Tengah malam candi itu hanya kurang satu.MeIihat kejadian tersebut, Roro Jonggrang heran dan juga terkejut. Karena bangunan candi yang begitu banyak sudah hampir selesai.
Roro Jonggrang panik, ia segera memanggil kepala dayang istana.
Bibik Emban cepat memutar otak. Lalu bersama Roro Jonggrang ia membangunkan gadis-gadis desa Prambanan agar menumbuk padi sambil memukul-mukulkan alu pada lesung sehingga kedengaran suara yang riuh-rendah.
Sementara itu para pemuda desa diperintahkan untuk membakar kayu dan tumpukan jerami di sebelah timur Prambanan.
Akibat bunyi lesung yang dipukul berkali-kali membuat ayam di seluruh Prambanan kaget. Ayam jantan pun berkokok borsuhul suhulnn Mendengar suara-suara tersebut, makhluk halus segera menghentikan pekerjaannya. Disangkanya hari telah pagi apalagi mereka mulai melihat awan merah seperti fajar di sebelah timur, mereka mengira malahan hampir terbit.
Bandung Bandawasa meninggalkan mereka, kini pemuda itu menuju bangunan candi yang jumlahnya kurang satu untuk menjadi seribu. Namun ketika sampai di sana hari benar-benar sudah pagi. Matahari sudah menampakkan sinarnya.
Pada saat yang sama Roro Jonggrang muncul di hadapan Bandung Bandawasa.
“Sudahlah Raden ….. Paduka jelas tidak mampu memenuhi permintaan hamba, maka ….. !”
“Cukup ! Aku tahu ada sesuatu yang tidak beres!”potong Bandung Bandawasa.
“Raden adalah seorang satria, seorang satria harus memegang teguh janjinya. Sekarang hari sudah betul-betul pagi. Matahari sudah menampakkan sinarnya. Dan Raden tidak mampu memenuhi syarat membuat seribu candi!”
Bandung Bandawasa berdiri tegak di hadapan Roro Jonggrang. Giginya gemeretak menahan amarah.
RoroJonggrang nampak ketakutan. la mundur beberapa langkah.
Bandung Bandawasa mendekati gadis yang dicintainya dan berkata.”Roro Jonggrang ! Kau ini hanya mencari-cari alasan Kalau tidak mau jadi istriku kenapa tidak kau katakan dengan juiur saJa Kenapa kau gunakan tipu muslihat untuk mengelabuhiku. Kau ini keras kepala seperti batu!”
Ucapan pemuda sakti itu tak bisa ditarik lagi. Seketika Roro Jonggrang berubah menjadi arca batu besar di candi Prambanan.
Bandung Bandawasa juga mendatangi anak-anak gadis di sekitar Prambanan yang diperintah membunyikan lesung.
Dengan penuh amarah para gadis itu dikutuk oleh Bandung Bandawasa dengan ucapan.” Kalian telah membantu Roro Jonggrang berbuat curang! Maka dari sekarang aku kutuk kalian menjadi perawan tua ! Kalian tidak akan laku kawin sebelum mencapai umur tua!”
Demikianlah kisah legenda asal mula Candi Sewu atau candi Roro Jonggrang
Candi yang dibuat oleh para makhluk halus, meskipun jumlahnya belum mencapai seribu disebut Candi Sewu yang berdekatan dengan Candi Roro Jonggrang. Maka candi Prambanan disebut juga candi Roro Jonggrang.
Sedangkan gadis-gadis di daerah itu kebanyakan tidak laku kawin sebelum mencapai umurtua, atau sebelum mereka pindah ke tempat lain.
Sumber: sekolahnesia.com
No comments:
Post a Comment